Kamis, 05 Desember 2013

Boegenville Merah Jambu


Siang itu kupacu kendaraanku. Seperti tak ingin terlalu lama terdedah panas mentari, Supra fit biruku yang sudah berumur ini ku gas poolll....”tak apalah ngebut, yang penting tetap hati-hati”, batinku lirih. Langit kota ini memang seperti tak berlapisan ozon lagi. Panas menyengat, pedih rasanya di kulit. Meski aku sudah membungkus rapat wajah dengan masker, dan kedua tanganku dengan sarung tangan, panas menyengat ini tetap saja terasa. Segera ku parkir motorku di bawah pohon beringin besar, begitu aku memasuki halaman masjid Attaqwa.

Mantap langkahku menuju serambi masjid. Aku tak hendak masuk ke bagian dalam masjid, nanti saja saat sholat ashar. Ah.....lama sekali aku tak mengunjungi masjid ini. Padahal dulu, masjid ini adalah tempat favoritku. Saat itu, aku selalu merasakan ketenangan ketika berada di rumah Allah ini, bisa ngadem, bisa nangis sepuasnya sama Allah disela-sela sujudku, saat begitu banyak hal membuatku sedih, atau hanya sekedar duduk-duduk di teras masjid sambil ketak ketik di laptopku menunggu datangnya waktu sholat. Kini, seakan ingin kembali mengulang ketenangan yang dulu kurasa, aku duduk bersandar ke dinding bagian kanan serambi masjid. Lelah....letih....itulah yang kurasa saat ini. Berbagai hal yang terjadi dalam hidupku beberapa bulan terakhir, membuatku merasakan kepenatan yang luar biasa lahir dan batin. Aku tahu, aku paham, segala ketetapan Allah yang tergaris dalam hidupku ini adalah hal yang terbaik yang pantas aku dapatkan. Namun sifat manusiaku, membuatku seringkali tak mampu mengolah hati, merasa diri paling susah, merasa jadi orang yang paling banyak diuji sama Allah, dan sederet perasaan negatif lainnya, yang cenderung menggiringku pada sebuah kata “KECEWA”. Astaghfirullah......Aku memang lebih banyak memikirkan mimpi-mimpiku yang belum dikabulkan sama Allah, ketimbang mensyukuri berbagai kenikmatan yang telah Allah berikan padaku. Dan itulah yang membuatku kian lelah menjalani hari-hariku. Kupejam kedua mataku serapat mungkin...Aku tak ingin ada bulir bening jatuh membasahi pipiku. Aku tak ingin menjadi perempuan cengeng.....aku tak mau orang-orang di luar sana tahu gundahnya hatiku. Ah....kucoba untuk menekan perasaanku sekuat tenaga, sambil menghela napas panjang........

Jumat, 22 November 2013

PENDIDIKAN & PEMBELAJARAN

A. Pendidikan dan Pembelajaran

 Dalam dunia pendidikan kita selalu berjumpa dengan istilah pendidikan dan pembelajaran. Dalam UU SISDIKNAS No. 2 Tahun 1989 pada pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Disini jelas bahwa pembelajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Itulah sebabnya dikatakan bahwa istilah pembelajaran dapat dibedakan dari pendidikan tetapi sulit untuk dipisahkan secara tegas.

Menurut Kemp (1985), pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan adalah proses membimbing manusia dari kegelapan dan kebodohan ke kecerahan pengetahuan. Sesungguhnya perbedaan pendidikan dan pembelajaran terletak pada penekanan yang ingin dicapai oleh pendidikan atau pembelajaran tersebut. Jika yang dipersoalkan atau dijadikan tekanan adalah aspek kognitif dan psikomotor maka disebut pembelajaran, sedangkan bila penekanannya kepada tercapainya tujuan untuk membentuk sikap disebut pendidikan. Tirtarahardja (dalam Djoehana: 8) memberi gambaran tentang perbedan pembelajaran dan pendidikan seperti pada table berikut:

Pendidikan
Pembelajaran
  • Lebih menekankan pada pembetukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai)
  • Memakan waktu yang relatif panjang
  • Metodenya lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi
  • Lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetahuan tentang bidang tertentu
  • Memakan waktu yang relatif pendek
  • Metode lebih bersifat rasional, teknis, dan praktis

Kamis, 21 November 2013

TUJUAN, BATASAN, DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pendidikan
Manusia adalah makhluk yang terus berkembang, baik secara jasmani maupun rohani. Perkembangan ini bukan sekedar proses alamiah, namun membutuhkan bimbingan dalam bentuk sebuah pendidikan. Menurut Langeveld pendidikan merupakan proses pendewasaan seseorang, baik pada jasmani maupun rohani (mental, moral, sosial, dan emosional). Hal ini berarti bahwa pendidikan harus ada dalam setiap proses kehidupan. Selama manusia berusaha untuk meningkatkan kehidupannya, baik dalam bentuk peningkatan dan pengembangan pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus. 

Tujuan merupakan faktor utama yang hendak dituju. Dari uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan itu adalah “kedewasaan”. Seseorang dikatakan telah mencapai “kedewasaan” apabila ia telah mampu bertindak dan bertingkahlaku sesuai dengan kaidah agama serta norma yang berlaku di masyarakat. Tujuan pendidikan dalam arti sempit adalah bimbingan yang diberikan orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Maknanya, tujuan pendidikan adalah rumusan tentang apa yang harus dicapai oleh anak didik, dan tujuan ini merupakan arah bagi seluruh kegiatan pendidikan. Sedangkan tujuan pendidikan dalam arti luas adalah usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya sepanjang hayat.

Berdasarkan ruang lingkup (luas dan sempitnya) tujuan yang ingin dicapai, Langeveld mengemukakan bahwa jenis-jenis tujuan pendidikan adalah:

Senin, 11 November 2013

TES SEBAGAI ALAT EVALUASI

Salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam rangkaian proses  pembelajaran adalah melakukan evaluasi guna mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan ketercapaian/taraf serap materi pelajaran. Guru harus tahu sejauh mana pembelajar (learner) telah memahami bahan yang diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi. Banyak ragam alat evaluasi diantaranya kuesioner, tes, skala, observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan non tes. Khusus untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes.

Pada dasarnya tes merupakan alat ukur yang berbentuk pertanyaan atau latihan, digunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan kemampuan obyek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur berupa latihan, maka tes harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat seseorang atau sekelompok orang. Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara luas untuk mengukur dan membandingkan keadaan peserta didik. Dengan demikian sudah dapat dipastikan bahwa tes akan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak diukur, sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain. Sebuah test dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memiliki kriteria:

  1. Validitas
  2. Reliabilitas
  3. Objektivitas
  4. Praktikabilitas
  5. Ekonomis

Selasa, 22 Oktober 2013

TUGAS 1 EVALUASI PENDIDIKAN


Mata Kuliah    : Evaluasi Pendidikan
Semester         : lima
Tugas ke          : satu (tugas individu)
Tujuan tugas   : Menjelaskan konsep dasar, asas, dan jenis evaluasi

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan. tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Sebagai seorang guru, kita harus memahami dengan baik berbagai konsep dalam evaluasi hasil belajar, sehingga kita mampu mengukur hasil belajar siswa dengan cara yang tepat. 

PETUNJUK PELAKSANAAN:
  1. Kumpulkan definisi pengukuran, penilaian, dan evaluasi dari berbagai ahli (minimal 7 pendapat untuk setiap konsep tersebut)
  2. Sintesiskan definisi tersebut dengan bahasa anda sendiri secara sederhana dan opersional.
  3. Jelaskan keterkaitan ketiga konsep tersebut.
  4. Jelaskan perbedaan ketiga konsep tersebut.
  5. Jelaskan mengapa kita perlu melakukan evaluasi pembelajaran.
  6. Jelaskan asas-asas evaluasi pembelajaran
  7. Jelaskan jenis-jenis evaluasi pembelajaran baik berdasarkan fungsi mau pun alatnya secara lengkap.
Seluruh materi bahasan dari point 1-7 disusun dalam sebuah paper dengan sistematika penulisan sbb:
  • Bab I Pendahuluan (meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, dan tujuan penulisan)
  • Bab II Pembahasan
  • Bab III Kesimpulan
  • Daftar Pustaka
Paper diketik dengan font Times New Roman 12/Arial 14 dengan spasi 1.5 pada kertas ukuran kuarto. Hasil analisis tidak boleh lebih dari 15 halaman. Dijilid rapi dan dikumpulkan pada hari Senin, 28 Oktober 2013, dengan toleransi keterlambatan 3 hari (tugas yang terlambat dikumpulkan via email ke endangsribudiherawati@gmail.com)

Siapkan Slide PPT tayangan dari makalah yang anda buat maksimal 20 slide. Slide dibuat semenarik mungkin sehingga dapat menggambarkan keseluruhan konsep yang anda paparkan

Kriteria Penilaian:
1. Analisis konsep
2. Komunikasi
3. Karakter yang diharapkan: Jujur dan tangguh

 RUBRIK PENILAIAN : Analisis  Konsep
Dimensi
Sangat Baik
(> 81)
Baik
(61 – 80)
Cukup
(41 – 60)
Kurang
(21 – 20)
Sangat Kurang
(< 20)
Kelengkapan konsep
Pemaparan konsep lengkap dan integratif sesuai batasan pengerjaan tugas yang diminta
Pemaparan konsep lengkap  namun tidak terintegrasi
Masih kurang 2 aspek yang belum terungkap
Hanya menunjukkan sebagian konsep saja
Tidak ada konsep
Kebenaran konsep
Diungkapkan dengan tepat, aspek penting tidak dilewatkan, bahkan analisis dan sintetis nya membantu memahami konsep
Diungkap dengan tepat, namun deskriptif
Sebagian besar konsep sudah terungkap, namun masih ada yang terlewatkan
Kurang dapat mengungkapkan aspek penting, melebihi halaman, tidak ada proses merangkum hanya mencontoh
Tidak ada konsep yang disajikan

RUBRIK PEILAIAN : Komunikasi
Dimensi
Sangat Baik
(> 81)
Baik
(61 – 80)
Cukup
(41 – 60)
Kurang
(21 – 20)
Sangat Kurang
(< 20)
BAHASA PAPER
Bahasa yang digunakan komunikatif dan memotivasi orang untuk mempelajari konsep lebih dalam
Bahasa yang digunakan hanya bersifat informatif saja bagi pembacanya, tidak menggugah pembaca untuk mempelajari konsep lebih dalam

Bahasa yang digunakan deskriptif, tidak terlalu menambah pengetahuan
Informasi dan data yang disampaikan tidak menarik dan membingungkan
Tidak ada hasil
KERAPIAN PAPER
Paper dibuat dengan sangat menarik untuk dibaca
Paper cukup menarik, namun tidak memancing untuk dibaca
Dijilid biasa
Dijilid namun kurang rapi
Tidak ada hasil
ISI
Memberi inspirasi pendengar untuk mencari lebih dalam
Menambah wawasan
Pembaca masih harus menambah lagi informasi dari beberapa sumber
Informasi yang disampaikan tidak menambah wawasan bagi pendengarnya
Informasi yang disampaikan menyesatkan atau salah
ORGANISASI PENULISAN
Sangat runut dan integratif sehingga pendengar dapat mengkompilasi isi dengan baik
Cukup runut dan memberi data pendukung fakta yang disampaikan
Tidak didukung data, namun menyampaikan informasi yang benar
Informasi yang disampaikan tidak ada dasarnya
Tidak mau presentasi
GAYA PRESENTASI
Menggugah semangat pendengar
Membuat pendengar paham, hanya sesekali saja memandang catatan
Lebih banyak membaca catatan
Selalu membaca catatan (tergantung pada catatan)
Tidak berbunyi

                     
RUBRIK PENILAIAN : Karakter yang diharapkan
Dimensi
Sangat Baik
(> 81)
Sangat Kurang
(< 20)
Jujur
·       Paper yang dibuat adalah hasil karya sendiri, bukan merupakan plagiasi.
·       Mencantumkan sumber dengan jelas, jika melakukan pengutipan
·       Paper yang dibuat merupakan hasil plagiasi
·       Sumber yang dicantumkan tidak lengkap
Tangguh
·      Pengumpulan paper tepat waktu (menunjukkan ketangguhan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas)
·       Pengumpulan tugas tidak tepat waktu



)*Selamat Mengerjakan

Rabu, 02 Oktober 2013

ETIKA DALAM AGAMA DAN ADAT ISTIADAT

ETIKA DALAM AGAMA

Etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas tentang tindakan manusia, karenanya etika sering disebut sebagai filsafat moral. Sebagaimana telah dibahas pada bagian terdahulu, etika dan moral merupakan 2 hal yang beririsan, artinya ketika kita berbicara tentang etika, maka kita pun sedang membahas bagaimana baik buruknya  perilaku seseorang  sesuai dengan norma moral. Agama sebagai salah satu sumber norma yang mendasari perilaku seseorang, mempunyai hubungan yang sangat erat dengan moral. 

Dalam praktek kehidupan sehari-hari, motivasi terpenting dan terkuat dalam berperilaku moral adalah agama. Setiap agama mengajarkan moral yang menjadi pegangan bagi penganutnya dalam berperilaku. Moral yang diajarkan oleh agama dianggap begitu penting dalam menata perilaku, karena ajaran moral ini berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak Tuhan.  Dengan demikian ajaran  ini diterima karena alasan keimanan.  Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral. Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi, bukan sekadar indoktrinasi.

KARAKTERISTIK ETIKA ISLAM

Etika Islam merupakan pedoman mengenai perilaku individu maupun masyarakat di segala aspek kehidupan sesuai ajaran Islam. Etika dalam Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk.
  2. Etika Islam menetapkan Al Qur’an dan  Al Hadits  sebagai  sumber moral dalam menentukan baik buruknya perbuatan seseorang. (QS Al-Maidah 5: 15-16; QS Al-Hasyr 59: 7; QS Al- Ahzab 33: 21)
  3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensi, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia, kapan pun dan dimana pun.
  4. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia.

KEDUDUKAN AKAL DAN NALURI

Etika dalam Islam memandang bahwa akal dan naluri manusia merupakan anugerah dari Allah SWT, dimana akal manusia itu sangatlah terbatas, sehingga pengetahuan manusia pun tidak akan mampu memecahkan seluruh masalah bila tanpa menggunakan sumber kebenaran yang mutlak yaitu Al-Qur’an dan Hadist. Hanya akal yang dipancari oleh cahaya Al Qur’an dan petunjuk Rasul akan memperoleh kedudukan dan kebenaran yang tepat. Demikian pula dengan naluri manusia. Naluri pun harus mendapat pengarahan dari petunjuk Allah yang jelas yaitu Al-Qur’an. Jika tidak, naluri itu akan salah penyalurannya. Misalnya naluri makan, sexual, berjuang, dan lain-lain, jika diperturutkan begitu saja akan menimbulkan kerusakan. Tetapi jika diarahkan menurut petunjuk Nya, maka akan tetap berjalan di atas fitrahnya yang suci. 

Demikianlah kedudukan naluri dan akal dalam pandangan etika islam, bahwa keduanya perlu dimanfaatkan dan disalurkan sebaik-baiknya dengan bimbingan dan pengarahan yang ditetapkan dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW Jika telah jelas bahwa Al Qur’an dan Sunnah Rasul adalah pedoman hidup yang menjadi azas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber moral dalam Islam. Firman Allah SWT dan Sunnah Nabinya adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran manapun hasil renungan dan ciptaan manusia, sehingga telah menjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk dan mengikuti petunjuk dan pengarahannya. Dari pedoman itulah diketahui kriteria mana perbuatan yang baik dan jahat, mana yang halal dan mana yang haram.

TUJUAN LUHUR ETIKA ISLAM

Pola hidup yang diajarkan Islam adalah bahwa seluruh aktivitas kehidupan, semata-mata dipersembahkan kepada Allah SWT. Doa Iftitah yang kita baca ketika sholat merupakan bukti nyata dari janji kita bahwa tujuan tertinggi kita adalah Allah semata. Dengan demikian segala tingkah laku yang diperbuat dalam pandangan etika Islam adalah untuk mendapatkan ridha Allah SWT (mardhatillah). 

Prof. Dr. Mohsen Jawadi dalam pembahasan peran etika Islam (akhlaq) dalam kehidupan beragama, menjelaskan bahwa menurut ajaran Islam manusia diciptakan dengan tujuan “penghambaan” kepada Tuhan. Jika seorang muslim mencari rezeki bukanlah sekedar untuk mengisi perut bagi diri dan keluarganya saja namun pada hahikatnya mempunyai tujuan yang lebih tinggi atau tujuan filosofis. Tujuan manusia mencari rezeki untuk memenuhi hajat hidupnya itu hanyalah tujuan jangka pendek saja, sedang tujuan jangka panjang/tujuan yang lebih tinggi adalah untuk mendapatkan makanan guna membina kesehatan rohani dan jasmani, sehingga mampu beribadah dan beramal sholeh dengan baik, dan dengan amal ibadah itulah manusia dapat mencapai tujuan akhir, yakni ridha Allah SWT. Jika dia belajar, bukan hanya sekedar untuk memiliki ilmu. Ilmu itu akan menjadi “jembatan emas” dalam membina taqwa dan taqarrub illallaah supaya menjadi insan yang senantiasa diliputi ridha illahi. Tegasnya segala niat, gerak-gerik bathin dan tindakan lahir dalam etika Islam haruslah selalu terarah kepada ridha Allah, dan jalan taqwa yang ditempuhnya itulah jalan yang lurus (Shiratalmustaqim). Ridha Allah itulah yang menjadi kunci kebahagiaan yang kekal dan abadi yang dijanjikan Allah dan yang dirindukan oleh setiap manusia beriman. Tanpa ridha Allah maka kebahagiaan abadi dan sejati (surga) tidak akan dapat diraih. Hal ini jelas sekali tertulis dalam  QS.al-Fajr (89) : 27-30.

ETIKA DALAM ADAT ISTIADAT

Etika berasal dari istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.  Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Berdasarkan perkembangan arti inilah kemudian dikenal  adanya etika perangai. 

Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di derah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. 
Contoh etika perangai: berbusana adat, memakai baju batik (batik adalah ciri khas Indonesia),  pergaulan muda mudi, perkawinan semenda, upacara adat, dll

Ciri-ciri adat sebagai sistem etika di masyarakat Indonesia adalah:

  1. Berisi hal-hal yang harus dilakukan
  2. Merupakan urusan komunitas atau kelompok
  3. Peraturan-peraturan yang ada mencakup seluruh kehidupan
  4. Sumber tidak pribadi
  5. Jika sesuai dianggap wajar atau baik
  6. Diturunkan dari generasi ke generasi
  7. Dianggap memberi berkat.
  8. Adanya sanksi-sanksi/reaksi masyarakat.


Walaupun etika yang bersumber dari adat ini tidak diberikan sanksi tertulis, tetapi sanksinya lebih berat karena pelanggaran etika dapat membawa perasaan tidak enak, tidak dipercaya, dikucilkan, disindir, tidak disenangi dalam lingkungan tersebut, merasa kualat, dll, dimana perasaan seperti ini kadang terasa lebih keras dan menyiksa dibanding hukuman lainnya. Inilah yang disebut sebagai sanksi sosial.


)*Disarikan dari berbagai sumber


PPT pertemuan ke dua dapat dilihat disini
http://www.slideshare.net/irasafaghira/etika-dalam-agama-dan-adat-istiadat


PENGERTIAN ETIKA DAN BEBERAPA ISTILAH DALAM ETIKA

PENGERTIAN ETIKA
Ø Secara etimologi “etika”  berasal dari bahasa Yunani:
§  “Ethos” (dalam bentuk tunggal), yang memiliki banyak arti:  tempat tinggal yang biasa; padang rumput; kandang habitat; kebiasaan; adat; akhlak; watak; perasaan; sikap; cara berpikir.
§  “ta etha” (dalam bentuk jamak), yang artinya adalah adat kebiasaan.

Arti dari bentuk jamak ”ta etha” inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2011).

Ø Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), “etika” memiliki 3 arti:
§  Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
§  Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
§  Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Etika biasanya berkaitan erat dengan kata moral yang merupa­kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin­dari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral kurang lebih memiliki pengertian yang sama. Istilah lain yang iden­tik dengan etika, yaitu:
§  Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su).
§  Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.

ETIKA DAN ETIKET
Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan kata etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan formal. Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah lake sebagai anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.
Menurut K.Bertens dari etika dan etiket adalah sama-sama mengatur perilaku manusia secara normatif, artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu tentang bagaimana seharusnya seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan suatu perbuatan.
Selain persamaan tersebut, Bertens menyebutkan bahwa ada empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu:
  1. Etika memberi norma tentang suatu perbuatan, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai pertimbangan baik buruknya. Etiket menyangkut cara untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan.
  2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
  3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya. 
  4. Berlakunya sebuah Etika tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain maka etiket itu tidak berlaku.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita senantiasa memandang suatu keadaan/peristiwa yang terjadi dengan memasukkan unsur-unsur penilaian tentang baik buruk. Dengan demikian kita telah memasukkan etika dalam cara berpikir kita. Kita telah memasukkan unsur etis dalam setiap tutur kata kita sejalan dengan kebenaran yang dipahami. Etika merupakan refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk.
ETIKA DALAM DUNIA MODERN
Setiap kelompok masyarakat mengenal nilai-nilai dan norma-norma etis. Norma-norma etis ini dapat bersumber dari agama, adat istiadat, maupun nasionalisme (kerangka hidup bersama dalam suatu negara). Etika yang didalamnya terkandung norma dan nilai kehidupan ini merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi situasi moral/masalah-masalah yang timbul seiring dengan modernisasi yang terjadi. Menurut Bertens, dalam dunia modern sekarang ini, ada 3 ciri situasi etis yang menonjol dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
  1. Adanya pluralisme moral, dalam masyarakat yang berbeda terlihat norma/nilai yang berbeda pula. Pluralisme moral ini terutama dirasakan karena sekarang kita hidup dalam era komunikasi. Melalui media komunikasi modern, informasi dari seluruh dunia langsung memasuki rumah-rumah kita. Bersamaan dengan itu, suka tidak suka kita berkenalan dengan berbagai norma dan nilai dari masyarakat lain yang bisa jadi tidak sejalan dengan norma yang kita anut.
  2. Timbulnya masalah etis baru yang belum terduga sebelumnya, sebagai akibat semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada perkembangan ilmu-ilmu biomedis dapat diambil sebagai contoh adalah timbulnya manipulasi genetis khususnya manusia. Masih timbul polemik apakah percobaan kloning manusia dapat diterima ataukah tidak. Juga tentang reproduksi artifisial seperti: fertilisasi in vitro baik dengan donor atau pun tanpa donor, dengan ibu yang “menyewakan” rahimnya atau tidak.  Selanjutnya dalam perkembangan ilmu fisika nuklir, telah mulai dikembangkan senjata nuklir dan pembangkit tenaga listrik yang   beresiko tinggi. Demikian pula dengan perkembangan teknologi informasi yang yang memunculkan masalah moral yaitu tidak lagi terjaminnya privacy seseorang, dan munculnya hacker yang mebarkan virus komputer.
  3. Munculnya kepedulian etis yang universal. Kepedulian etis yang universal ini dilatarbelakangi oleh adanya kesadaran moral. Ungkapan kepedulian etis yang nyata adalah munculnya Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia yang diproklamasikan oleh PBB pada 10 Desember 1948. Deklarasi ini merupakan pernyataan hak yang pertama dalam sejarah, dan merupakan pernyataan pertama yang diterima secara global.

PPT pertemuan 1 bisa dilihat disini
http://www.slideshare.net/irasafaghira/etika-pertemuan-120132014ppt

Disarikan dari buku “ETIKA” karangan K. Bertens.