Rabu, 26 Juni 2013

“Nasehat Kakek Ibrahim Kepada Cucunya: Sebuah Analogi Kehidupan”


Di sebuah gubuk kecil di kaki  bukit, tinggallah seorang kakek bersama cucu laki-lakinya. Kakek Ibrahim, demikian warga sekitar kaki bukit memanggilnya,  adalah sosok kakek yang sangat taat beribadah. Sebelum adzan berkumandang, sang kakek pasti sudah berada di surau kampung mereka. Sudah tentu ibadah sholat  5 waktu senantiasa dilakukannya  secara berjama’ah bersama penduduk desa yang lain. Tak lupa sang kakek membawa serta Farhan, cucu semata wayangnya ke surau agar pembiasaan beribadah secara berjama’ah melekat erat dalam benak sang cucu. Seringkali kakek Ibrahim ini memberikan tausyiah selepas sholat. Biasanya sih.....setelah sholat maghrib. Satu hal yang senantiasa kakek Ibrahim ulang-ulang  diakhir tausyiahnya adalah mengajak semua jama’ah untuk tidak lepas dari tilawah Al-Qur’an, sesibuk apa pun. “Jangan lupa, biasakanlah untuk membaca kalamullah setiap hari, setidaknya di salah satu waktu dari 5 waktu yang Allah wajibkan bagi setiap manusia bersujud menyembah Nya. Jika kita membiasakan diri untuk tilawah Al-Qur’an, insya Allah hati menjadi tenang. Sekalut apa pun batin kita karena berbagai masalah hidup yang kita hadapi, ambil saja Al-Qur’an, pasti sejuk rasanya hati kita. Bening lagi hati kita klo kita membiasakan diri tilawah Al-Qur’an” demikian kakek Ibrahim mengakhiri tausyiahnya suatu hari.

Alhamdulillah nasehat ini cukup kuat melekat dalam benak cucunya Farhan. Farhan pun senantiasa melakukan semua nasehat sang kakek, dibawah bimbingan kakek Ibrahim tentunya. Waktu terus berjalan. Farhan kecil pun kini telah memasuki masa remaja, fase dimana dia mulai bisa berlogika, berpikir kritis, dan meminta berbagai alasan yang logis dan rasional ketika disuruh melakukan sesuatu. Suatu hari Farhan bertanya kepada sang kakek “Kenapa sih kakek seringkali mengakhiri khutbah kakek dengan pesan agar kita membiasakan diri tilawah Al-Qur’an.  Apa iya klo kita baca Qur’an hati akan jadi tenang? Bagaimana bisa tenang sih kek....kita kan tidak tahu artinya” begitu Farhan berkata. “Walaupun tidak tahu artinya, baca saja, insya Allah hati kita akan merasa tenang. Karena hati kita lambat laun menjadi bening, dan kita akan bisa berfikir jernih kembali” jawab kakek Ibrahim singkat. Masih dengan berjuta tanya di kepala, Farhan terdiam. Pertanyaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali disampaikan Farhan pada sang kakek. Sampai pada suatu hari kembali Farhan menanyakan hal yang sama pada kakek Ibrahim. “Farhan, mulai besok pagi tolong ambilkan kakek air di sungai dekat surau menggunakan tas ini” kata kakek Ibrahim sambil menunjukkan sebuah tas yang terbuat dari kain. “Maksudnya kek......” sahut Farhan dengan raut wajah keheranan. “Sudah, lakukan saja seperti yang kakek bilang. Ambilkan kakek air dengan tas ini setiap pagi sehabis kamu sholat subuh” jawab kakek ibrahim sambil menyerahkan tas kain yang sudah lusuh dan dekil  kepada Farhan, lalu beranjak keluar rumah meninggalkan cucu semata wayangnya dalam kebingungan. “Kakek sungguh aneh, aku bertanya tentang tilawah Al-Qur’an malah disuruh ambil air di sungai. Pake’ tas kain begini lagi, mana mungkin?” demikian gumam Farhan. Meski banyak hal yang ingin ditanyakannya pada sang kakek, namun akhirnya Farhan diam dan menyimpan tas itu di kamarnya.

Keesokan harinya, selepas sholat subuh berjama’ah dan tilawah di surau, mulailah Farhan menjalankan tugas baru dari kakek Ibrahim, mengambil air dengan tas kain. Sesampainya di tepi sungai, Farhan segera memenuhi tas kainnya dengan air sungai. Setelah menutup resleting tas nya, Farhan pun berjalan pulang. Baru beberapa langkah saja beranjak dari tepi sungai, air sudah mengucur di kedua sudut tas bagian bawah yang ia bawa. “Mana mungkin aku membawa air menggunakan tas kain seperti ini. Kakek sungguh aneh. Atau mungkin kakek marah padaku karena aku bertanya-tanya terus. Tapi emang bener kan apa yang aku tanyakan itu.....” gumam Farhan sambil terus berjalan dan menenteng tas yang sudah ia penuhi air menuju rumahnya. Tempat tinggal Farhan dan kakeknya memang tidak terlalu jauh dari sungai, tapi tetap saja Farhan tidak akan bisa membawa air menggunakan tas kain seperti itu. Ya iya lah.....it’s imposible, tidak mungkin Farhan akan dapat membawa air sebanyak kapasitas tas itu. Kalau pun mungkin ada air yang terbawa pastilah hanya sebagian kecil saja, atau bahkan mungkin hanya yang terserap di tas tersebut. “Kakek, tugas dari kakek sudah aku lakukan. Tapi lihatlah kek.....mana mungkin aku bisa membawa air menggunakan tas ini. Airnya keluar semua kek.....” ucap Farhan begitu sampai di depan rumahnya. Kakek Ibrahim yang sudah sejak tadi berdiri di halaman rumah tersenyum dan menjawab “Lakukan saja yang kakek minta nak.....Lakukan saja.....sekarang tolong kau siram pohon mangga yang ada di sudut halaman itu”. Mendengar ucapan sang kakek, Farhan kembali terdiam. Dia pun memutuskan untuk melakukan saja tugas itu, sambil terus berpikir apa kira-kira maksud kakeknya menyuruh melakukan semua itu. 

Demikianlah, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, Farhan dengan tekun melakukan tugas dari sang kakek dengan sabar. Tiga bulan 4 hari sudah Farhan melakukan tugasnya. “Kakek, apa sih sebenarnya maksud kakek menyuruhku mengambil air dengan tas ini. Kalau kakek ingin agar aku menyiram pohon mangga di halaman rumah kita, aku kan bisa mengambil air dari sumur di belakang menggunakan ember. Bukan hanya pagi kek, aku akan menyiramnya pagi sore. Atau jika kakek memang ingin aku menyiramnya dengan air sungai juga tidak apa-apa, aku akan mengambilnya di sungai. Pagi sore deh kek.....tapi pakai ember kek, bukan pakai tas kain seperti ini. Kalau pakai ember kan air yang kubawa bisa lebih banyak kek.....sedang kalau pakai tas ini, berapa banyak air yang terbuang kek....aku seperti melakukan hal yang sia-sia. Kain ini kan mempunyai daya kapilaritas kek.....dan itu membuat airnya terus menerus keluar. Untuk apa sih kakek menyuruhku melakukan semua ini, waktuku terbuang percuma, tenagaku juga........” papar Farhan pada sang kakek.

Dengan senyum penuh kearifan sang kakek menjawab sambil menepuk-nepuk bahu cucunya “Farhan cucuku yang sholeh, kakek senang kamu mau melakukan apa yang kakek perintahkan padamu walau pun sebenarnya hati kecilmu menolak. Kakek tahu kamu bingung dan kesal mendapat tugas ini. Tapi dengan sabar kamu terus melakukannya hingga 3 bulan lebih. Cucuku, coba perhatikan tas ini. Bagaimana warna tas ini ketika kakek berikan padamu dulu ?”  “Dekil, agak kecoklatan dan bau kek.....” jawab Farhan. “Lalu bagaimana warna tas ini sekarang ? Apakah masih dekil dan bau ?” sambung Kakek Ibrahim.  “Tidak kek....tas ini sama sekali tidak berbau lagi, warnanyapun sudah lebih bersih, tidak coklat seperti dulu lagi. Memangnya kenapa kek?” sahut Farhan masih dalam kebingungan.  “Seperti itulah yang akan terjadi pada hati kita ketika kita membiasakan diri tilawah Qur’an setiap hari. Kita memang tidak tahu artinya, tapi kita masih bisa membaca terjemahnya, walaupun mungkin akan terasa agak sulit bagi kita untuk memahami maknanya. Bisa jadi bisikan syaitan akan membuat kita merasa sedang melakukan hal yang sia-sia karena membaca Al Qur’an tanpa memahami maknanya, tapi ketahuilah cucuku....hati kita ini ibarat tas yang kamu gunakan mengambil air. Memang tidak semua air terbawa, mungkin banyak yang terbuang percuma, tapi tidak berbeda jauh dengan kain pembuat tas ini, hati kita pun seperti memiliki daya kapilaritas yang dapat menyerap cahaya kebenaran yang terpancar dari Al Qur’an yang kita baca setiap hari. Allah menciptakan setiap manusia dalam keadaan suci, putih bersih seperti kapas. Tapi dosa yang kita lakukan selama hidup sedikit demi sedikit membuat hati kita menjadi suram, semakin lama semakin gelap dan kelam. Namun bila kita rajin mencuci hati ini dengan tilawah Al Qur’an, walau pun hati ini tidak seputih bersih kondisi semula, tapi insya Allah tak akan lagi menjadi gelap dan kelam. Perlahan namun pasti, kecerahan itu akan menghiasi hati kita, dan ini terpancar dari sikap dan perilaku kita yang senantiasa berusaha menjauhi apa-apa yang tidak Allah sukai dan mengupayakan seoptimal mungkin untuk melakukan apa-apa yang Allah perintahkan. Kakek ingin kita semua termasuk dalam orang-orang yang disayangi Allah karena kita rajin membaca Al Qur’an cucuku, kakek ingin kita termasuk dalam golongan ahlul Qur’an.......”.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Mungkin suatu ketika pernah kita berada pada kondisi seperti yang dialami oleh Farhan cucu kakek Ibrahim. Kita selama ini senantiasa membiasakan diri untuk sedikitnya sekali sehari membaca Al Qur’an. Namun disaat kita sedang banyak didera masalah, dan kemudian bisikan syaitan sanggup menggoyahkan keyakinan kita, bisa jadi kita kemudian merasa sedang melakukan hal yang sia-sia. Naudzubillah.....tidak ada yang dapat kita lakukan selain memohon agar dikuatkan oleh Allah untuk senantiasa istiqomah dengan apa yang sudah kita lakukan. 

Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang selalu membaca Al Qur’an, kemudian mempelajari isi kandungannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab Al Qur’an dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an)”

Secara logika dapat kita pahami, mengapa orang-orang yang membaca dan mempelajari isi kandungan Al Qur’an serta berusaha mengamalkannya diangkat derajatnya oleh Allah SWT, karena orang-orang yang membaca Al Qur’an berarti orang-orang yang selalu dekat dengan Allah, bahkan membaca Al Qur’an merupakan komunikasi kita dengan Rabbull Izzati pencipta seluruh jagad raya.


Diantara keutamaan-keutamaan dari tilawah Al Qur’an lainnya adalah:


  • Setiap ayat Al Qur’an yang dibaca akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman bagi pembacanya sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Isra’(17); ayat 82 bahwa Al Qur’an diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat segala macam penyakit kejiwaan, sehingga para pembaca Al Qur’an bahkan orang yang mendengarkan bacaannya mendapat pula ketenangan jiwa.
  • Orang yang senantiasa membaca Al Qur’an akan mendapat syafaat di hari kiamat nanti, sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim “Bacalah Al Qur’an oleh kamu sekalian, karena bacaan Al Qur’an yang di baca ketika hidup di dunia ini, akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari kiamat nanti”.  Oleh karena itu, upayakanlah selalu untuk memperbanyak membaca Al Qur’an selagi Allah masih memberi kesempatan hidup, selama nafas masih terhembus, dan selama jantung masih berdetak. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada di  waktu di yang masih Allah berikan 
  • Orang yang gemar membaca Al Qur’an akan senantiasa mendapatkan petunjuk dan kemudahan dalam menghadapi kehidupan ini karena Al Qur’an adalah cahaya ditengah kegelapan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)
  • Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah SWT. Baginda Rasul bersabda ”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia’,  Beliau (Rasulullah SAW) ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau (Rasulullah SAW) menjawab,’Mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR.Ahmad dan Ibnu Majah)

Semoga kita dapat senantiasa istiqomah dan ghiroh untuk belajar Al Qur’an, memahami dan mentadaburi maknanya. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi lebih luas lagi adalah di lingkungan terkecil kita, keluarga kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita. Akhirnya hanya kepada Allah lah kita berharap kasih sayang, agar senantiasa dimudahkan. 

)*Yuk semangat memperbaiki kualitas ibadah kita....

Jumat, 21 Juni 2013

Guru seperti apakah kita???? (Sebuah Refleksi Akhir Tahun Ajaran...)


“Aku enggak menikmati pekerjaanku saat ini kok..... Aku jadi guru kan daripada nganggur, lumayanlah buat kegiatan hari-hari, daripada bengong-bengong di rumah gitu.....”

 “Aku tuh... sering radha-radha enggak sabar gitu klo bocah diajarin enggak ngerti-ngerti. Ya....tapi klo ngajar mah...ya ngajar ajja dah, yang penting masuk, absen penuh, dan aku bisa refreshing sama temen guru yang lain. 

“Paling bete’ tuh klo aku udah ditagih yang namanya silabus, RPP, worksheet, dan konco-konconya....Ya....secara aku kan emang enggak punya basic keguruan gitu, aku ajja dulu kuliah di fakultas ekonomi. Ya....males gitu deh klo aku harus ngerjain yang begituan. Lagian ngajar mah enggak perlu harus pake rencana-rencanaan lah, kan apa yang mo kita ajarin sudah ada di kepala, tinggal ngomong-ngemeng di depan kelas, beres toh.....”

Nah lo.....guru kok begini ya statementnya,  jangan-jangan dia kesasar ajja jadi guru. Enggak bisa menyatu banget sepertinya dengan profesinya. Setiap pekerjaan kan ada tupoksinya, demikian pula dengan guru. Tidak hanya sekedar cuap-cuap di depan kelas thok, perencaan juga harus ada, supaya arah dan tujuan pembelajaran yang kita sampaikan tercapai. Apalagi jadi guru adalah pekerjaan “Hati Nurani”, yang kita hadapi adalah anak-anak, makhluk hidup yang punya jiwa, tentu beda dong dengan pekerjaan yang interaksinya dengan benda mati........gimana dong ?????

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

“Ya....aku sih profesional saja lah....ada uang ya ada kerja, proporsional gitu deh..... Ngapain juga kita kerja ngoyo-ngoyo. Sekolah ini cuma sanggup menggaji kita segitu, jadi ya segitu juga lah yang kita berikan. Klo mau minta kinerja yang lebih lagi dari kita, ya.....bayaran kita juga harus tinggi dong.....”

“Masa’ kita harus ngerjain tugas tambahan kayak gini....inventarisasi mobiler lah....administrasi kelas lah.....ada duitnya juga enggak.....gaji pas-pas’an ya kerjanya pas-pas’an juga lah......klo ada duitnya mah hayuk, klo tidak ya....maaf......”

Waduh.....inventarisasi mobiler perangkat kelas dan admin kelas itu kan bagian dari tugas wali kelas ya....kok masih nanya “duit” juga. Masih bisa dikategorikan profesional kah, jika segala sesuatu dinilai dengan uang? Termasuk bagian dari tugas pokoknya pun masih minta bayaran lebih.....guru bayaran kali ya.......

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

“Klo lagi libur panjang kayak gini, aku selalu kangen sama mereka. Apalagi klo aku kebagian ngajar kelas 1, ih.....keingetan lucunya bocah yang masih unyu-unyu itu. Walau pun kadang bikin kesel, tapi keluguan mereka langsung meruntuhkan keselku deh.... Namanya juga anak-anak, jadi perilakunya ya emang anak-anak banget, bukan nakal lah namanya......”

“Rasanya tuh....ada kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagiku klo melihat mereka tumbuh jadi anak-anak yang cerdas, tidak hanya cerdas otaknya, tapi juga cerdas spiritualnya, memiliki akhlak yang baik dan perilaku yang santun pada semua orang”.

“Nah....saat libur panjang seperti ini nih, aku punya banyak waktu untuk bikin silabus, pemetaan standar isi, RPP, dan bikin-bikin media yang menarik,  biar pas ngajar semester depan aku bisa memberikan sesuatu yang lain yang lebih baik buat mereka....”

Subhanallah....klo ketemu guru yang begini, adeeemm deh pastinya kancah dunia pendidikan kita. Bayangkan, guru yang merupakan pencetak generasi penerus bangsa ini, memiliki integritas yang tinggi terhadap tugas dan profesinya. Guru ini benar-benar sadar bahwa profesinya adalah sebuah profesi yang harus dilakukan dengan “Hati Nurani”, karena tanpa itu sang guru tak akan mampu membentuk karakter anak didiknya menjadi kalifatullah yang membanggakan bagi Khaliq nya, kita sadarkan bahwa Allah menciptakan manusia itu bukan tanpa tujuan. Allah menghendaki semua ciptaan Nya bertasbih dan menyembah kepada Nya. Tujuan akhir pendidikan yang dilakukannya tidak semata-mata membuat anak cerdas secara intelektual, namun juga cerdas spiritualnya.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Guru kah profesi yang kita tekuni saat ini?

Guru adalah sebuah pekerjaan hati. Yang kita lakukan adalah kegiatan pembentukan karakter anak bangsa. Guru bukan sekedar mentransfer ilmu pada anak didiknya, tapi lebih dari itu guru punya tanggungjawab moral untuk menanamkan norma-norma hidup, kesantunan, dan akhlakul karimah. Oleh karena itulah seorang guru harus memiliki kompetensi kepribadian. Jika ingin membaguskan karakter orang, sudah barang tentu kita harus lebih dahulu membaguskan karakter diri kita. Sebagaimana Rasulullah SAW senantiasa mencotohkan ketika beliau menghendaki ummatnya mengikuti apa yang beliau sampaikan. Begitupun dengan guru, ketika guru menyampaikan nilai-nilai positif dalam hidup yang harus diikuti oleh anak didiknya, proses transfer value akan lebih mudah dilakukan bila guru telah lebih dahulu melakukan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Lalu tipe seperti diri kita sebagai guru saat ini? 
Ada di level manakah kita dalam menjalankan profesi yang kita geluti sekarang? 
Apakah kita jadi guru karena terpaksa, karena tidak ada pekerjaan lain yang mau menerima kita? 
Termasuk “Guru Nyasar” kah kita saat ini? 

Boleh saja kita jadi guru tanpa memiliki latar belakang pendidikan yang relevan, (saya juga sih....bukan dari kependidikan kuliahnya dulu........  ^_^) tapi bila kemudian kita berusaha untuk menyatu dengan pilihan hidup sebagai guru, tentu kita akan punya ikatan batin yang kuat dengan anak didik ketika mengajar. Tentu kita memiliki semangat untuk belajar dan melengkapi diri dengan ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Tentu kita akan dapat memaksa hati kita untuk belajar menyelami profesi yang kita pilih. Pepatah bilang "Ala bisa karena biasa", walau semula terpaksa, tapi jika kita enjoy dengan pekerjaan yang kita tekuni tentu lama kelamaan akan jadi suka. Nah....klo sudah begini, pastinya kita tidak termasuk dalam kategori "Guru Nyasar".

Atau barangkali kita termasuk guru bekerja dengan orientasi uang dan uang saja? Tidak bisa dinafi’kan bila setiap manusia membutuhkan uang. Namun bila dalam mendidikan anak guru berprinsip “gaji pas-pasan=ngajar pas-pasan”, sementara sebetulnya kita memiliki potensi lebih untuk mendidik anak lebih optimal, maka bisa jadi kita termasuk dalam kategori “Guru Bayar”

Menjadi guru adalah cara kita berbisnis dengan Allah yang kompensasinya akan kita rasakan di kehidupan sesudah hidup. Ini merupakan inventasi akhirat bagi kita. Bukankah kita tidak hanya mengharapkan bayaran di dunia dari manusia yang sifatnya fana, tapi lebih dari itu kita mengharapkan kasih sayang NYA pada kita di yaumil akhir nanti ? Kenapa pula kita harus menyia-nyiakan kesempatan bisnis di dunia yang sudah sangat jelas bayarannya dari Rabb Sang Maha Kaya ????

Sudahkah kita menjadi guru yang ikhlas, yang secara sadar telah menunjukkan integritas dan totalitas sebagai pendidik dalam mentransfer ilmu dan nilai kepada anak didik kita? Sudah kah kita menjadi seorang guru yang menyenangkan bagi siswa-siswi kita, menjadi guru yang senantiasa mereka rindukan kehadirannya setiap hari? Bahagiakah kita menjadi bagian dari keluarga besar komunitas yang bertekad mendidik anak bangsa yang berkarakter akhlakul karimah? Termasuk kategori "Guru Sadar" kah kita ???

Mari kita jujur pada diri kita sendiri. Biarlah ini menjadi sebuah kontemplasi sehingga kita benar-benar dapat meningkatkan profesionalitas dan integritas kita sebagai guru. Semoga kita mampu menjadi insan yang bertanggungjawab atas apa yang menjadi pilihan hidup kita sebagai seorang pendidik, karena hakekatnya menjadi guru adalah cara kita berbisnis dengan Allah yang tidak hanya memberikan keberkahan di dunia, namun juga di kehidupan kita sesudah hidup.

)*Semangat memperbaiki niat teman-teman guru.....

Senin, 10 Juni 2013

Pembelajaran "Membaca" di level 1



“Ibu....aku nggak tahu gimana nulisnya.......”

“Ibu .....aku nggak bisa bacanya.............”

“Ibu....ini kayak mana ngerjainnya, aku kan belum lancar baca......”

Kalimat seperti ini mungkin tak asing di telinga guru kelas 1 di awal tahun pelajaran. Ya....bisa jadi tidak sedikit dari siswa baru kita yang belum bisa membaca apalagi menulis saat mereka memasuki jenjang SD. Mengenal huruf mungkin sudah, merangkai huruf menjadi sebuah suku kata pun barangkali sudah sedikit mereka pahami, namun untuk merangkai suku kata menjadi kata bisa jadi mereka belum terampil. Untuk siswa yang sudah mengenal pendidikan prasekolah di lembaga seperti TK/PAUD, sudah mengenal abjad, dan tentu tidak sulit bagi guru di kelas 1 untuk melanjutkannya sehingga mereka mampu merangkaikannya menjadi kata. Namun bagaimana jika siswa kita tidak mengenal huruf sama sekali? Entah karena siswa tersebut tidak sempat masuk TK, tidak dikenalkan oleh orang tua, atau barangkali disebabkan oleh berbagai keterbatasan mereka. Pembelajaran membaca perlu menjadi prioritas utama di level 1, karena membaca merupakan modal utama bagi siswa didik kita untuk memahami berbagai pengetahuan lain di jenjang berikutnya. 

Membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang-lambang grafis dan perubahannya, menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras-keras (Kridalaksana, 1993:135). Sebenarnya banyak sekali metode yang dapat digunakan guru untuk mengajar membaca di kelas I SD. Demikian pula, dengan beragamnya trik yang bisa diaplikasikan di kelas, sehingga dapat menstimulus kemampuan baca siswa kelas I, yang mungkin masih terbata-bata mengeja huruf atau pun suku kata. Beberapa metode pembelajaran membaca yang terkenal, yaitu:

Metode Abjad. 

Metode ini biasanya digunakan bila siswa sama sekali belum mengenal huruf. Mula-mula guru memperkenalkan huruf (abjad) kepada siswa: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z. Guru dapat membuat kartu-kartu huruf lalu di tempel di papan tulis (dalam ukuran yang cukup besar, sehingga terbaca oleh siswa) atau dapat juga membuat kartu huruf dalam ukuran yang lebih kecil sebagai media bermain kartu bersama siswa. Setiap kartu berisi satu huruf.  

Selanjutnya guru mencontohkan cara membaca huruf-huruf tersebut, kemudian meminta siswa menirukan. Mula-mula bersifat klasikal (seluruh kelas), kemudian dipecah-pecah lagi menjadi separoh kelas, seperempat kelas, per dua bangku, akhirnya perorangan, kembali dua bangku, seperempat kelas, separoh kelas, dan kembali ke seluruh kelas.

Apabila pengenalan huruf sudah lancar, maka guru mulai bisa menugaskan beberapa siswa untuk mengambil huruf-huruf tertentu dari kartu-kartu huruf yang tersedia. Biarkan siswa mengenal huruf-huruf itu tanpa makna karena tujuannya adalah mengenal dan memahami huruf (abjad). Lakukan kegiatan ini berulang-ulang sehingga siswa benar-benar mengenal dan memahami huruf-huruf itu.

Selanjutnya, kegiatan dapat ditingkatkan dengan membentuk kata. Pilih beberapa konsonan dan vokal, yang apabila digabungkan membentuk sebuah kata yang bermakna. Misalnya: m a m a. Tempel huruf m-a-m-a di papan tulis. Tunjukkan kepada siswa bahwa kata itu dibaca mama. Kemudian tanyakan kepada siswa kata mama itu terdiri dari huruf apa saja, dan arahkan agar siswa dapat menyimpulkan sendiri bahwa apabila huruf m digabung dengan huruf a dibaca ma. Berikan contoh yang lain, misalnya: papa, lala, sasa, nana, dan lain-lain (sebaiknya guru mengambil contoh kata bermakna yang dekat dengan anak-anak, dan mulailah dengan kata yang terbuka terlebih dahulu). Begitu seterusnya, guru mulai menggabung-gabungkan konsonan dengan vokal, sehingga seluruh vokal (a, e, i, o, u) bisa digunakan. Contoh untuk konsonan tidak perlu diberikan semua. Huruf x dan z lebih baik diberikan belakangan.

Setelah siswa bisa membaca gabungan dua huruf konsonan-vokal, susunan bisa diganti menjadi vokal-konsonan. Misalnya: am, an, as, dan lain-lain. Setelah ini baru bisa dilanjutkan dengan tiga huruf (konsonan-vokal-konsonan). Misalnya: ban, man, dan, jan, tan,dan lain-lain.

Metode Kupas-Rangkai Suku Kata. 

Berbeda dari metode abjad di atas, metode kupas-rangkai suku kata ini dimulai dengan pengenalan kata terlebih dahulu. Misalnya: mama. Kita perlu juga menjelaskan arti kata mama itu kepada siswa agar mereka mendapatkan makna dari apa yang dipelajari.

Kata mama kemudian dipisahkan menjadi dua suku kata yaitu ma dan ma (ma-ma). Masing-masing suku kata dikupas lagi menjadi huruf-huruf, sehingga siswa mengenal bahwa kata mama itu terdiri dari huruf m-a-m-a. Sebaiknya mulailah dengan huruf kembar, misalnya ma-ma, walau pun terdiri dari 4 huruf, tapi sebetulnya hanya ada 2 huruf saja. Hal ini akan mempermudah siswa mengingat, bila dibandingkan dengan 4 huruf langsung, misalnya ma-du (m-a-d-u). Jangan lupa untuk tetap mengambil contoh kata-kata yang mudah dan dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa lebih mudah memahaminya.

Bilamana siswa sudah lancar, guru dapat melakukan kegiatan selanjutnya yaitu mengenalkan kata-kata yang lain, sehingga pada akhirnya siswa bisa membaca sebuah kalimat, misalnya: mama saya rina, papa saya rudi, itu bola budi, dan lain-lain.

Contoh kata-kata yang mudah sebagai pendahuluan:

papa pa-pa p-a-p-a pa-pa papa
nana na-na n-a-n-a na-na nana
mata ma-ta m-a-t-a ma-ta mata

Metode Global. 

Menurut Teori Gestalt, suatu kesatuan lebih bermakna daripada bagian-bagian. Metode global dimulai dengan mengenalkan kalimat utuh kepada siswa. Contohnya: ibu makan nasi (disertai gambar), anak membaca tulisan tersebut, baru guru menjelaskan huruf-huruf yang dirangkai membentuk suku kata, kata, dan kalimat. Kalimat-kalimat yang dipilih adalah kalimat yang sederhana dan pendek-pendek dahulu, agar siswa tidak mengalami kesulitan.


Metode SAS — Struktural Analisa Sintesa.

Metode SAS dilaksanakan dengan menggunakan kartu kalimat dan papan flanel (softboard). Mula-mula guru menunjukkan gambar kepada siswa (namun jika guru bisa membawa benda asli sebagai media pembelajaran dan ditunjukkan kepada siswa, tentu akan lebih baik). Misalnya guru menunjukkan bola kepada siswa, kemudian berkata, ”Anak-anak, ini bola.” Suruh siswa mengulangi kata-kata guru. ”ini apa?” Siswa menjawab, ”ini bola”. Apabila siswa hanya menjawab bola saja, maka guru perlu membetulkan ucapan siswa, ”ini bola”. Guru menyuruh siswa menirukan kata-kata guru.

Kegiatan selanjutnya, guru menempelkan gambar bola di papan tulis. Di bawah gambar bola itu ditempelkan tulisan ini bola. Guru menunjukkan contoh membaca tulisan ini bola, dan siswa disuruh menirukan. Pastikan bahwa siswa seluruh kelas memperhatikan tulisan ketika mengucapkan kalimat ini bola. Gambar diambil, tulisan ini bola tetap tertempel di papan tulis. Guru menyuruh siswa membaca kembali tulisan ini bola tadi.
Kegiatan selanjutnya adalah menganalisis kalimat ini bola, menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Setelah itu, huruf-huruf dikembalikan menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat (sintesa).

Berikut adalah contohnya: membaca kalimat “ini bola”

                                 ini  -   bola

                                 i   - ni       bo -  la

                                 i  - n -  i       b  - o -  l -  a

                                 i  -  ni       bo – la

                                 ini  -  bola

                                 ini bola


Metode yang saya kemukakan di atas hanyalah alternatif yang bisa kita pilih sebagai sarana pembelajaran membaca di kelas. Tentunya guru dapat melakukan berbagai inovasi (disesuaikan dengan kemampuan dasar siswa kita pada umumnya) sehingga belajar membaca menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak didik kita. 



)* Dari berbagai sumber

Kamis, 06 Juni 2013

“Kisah Tempayan Retak”......Representasi kepribadian kita kah?????


Alkisah, adalah seorang tukang air yang setiap hari mengantar 2 tempayan besar air ke rumah saudagar kaya di kaki bukit. Setiap pagi, lelaki ini memikul air dalam 2 tempayan yang digantung diujung pikulan yang dibawa menyilang di bahunya. Salah satu tempayan yang dibawanya retak, sedang yang lainnya utuh. Hal ini membuat si tukang air setiap harinya tak mampu membawa air secara optimal, karena tempayannya yang retak hanya sanggup membawa separoh air saja dari yang semestinya sanggup dibawa. Kondisi ini membuat “tempayan retak” menjadi bersedih hati, malu, dan merasa bersalah pada tukang air sebagai sang majikan. Sementara tempayan yang utuh, menjadi angkuh dan berbangga diri, sehingga merendahkan temannya si “tempayan retak”.

“Hei lihatlah tempayan retak.....berapa banyak air yang kau buang selama perjalanan kita, kau tidak lebih dari sebuah tempayan tua yang tidak sanggup lagi bekerja dengan baik. Lihat lah, bocor di tubuhmu itu membuat majikan kita tidak dapat membawa air sesuai ukuranmu. Kamu hanya besar badan saja, tapi kemampuanmu tidak ada. Coba lihat aku, aku selalu memenuhi badanku dengan air, dan membawanya sampai ke tujuan tanpa menumpahkannya. Kalau tidak ada aku, pastilah majikan kita harus bolak balik ke mata air di lereng bukit agar dia bisa menyelesaikan tugasnya” demikian “tempayan utuh” berujar dengan pongahnya pada temannya si “tempayan retak”.

Alangkah sedihnya “tempayan retak” mendengar ucapan “tempayan utuh”. Kian hari si “tempayan retak” ini kian murung, merasa tak berguna dan kecewa luar biasa. Sementara itu “tempayan utuh” kian bangga dan memandang sebelah mata pada teman kerjanya “tempayan retak”. Waktu terus bergulir, hari berganti hari, minggu berganti bulan, dan bulan pun berganti tahun. Genap 2 tahun sudah kedua tempayan ini setia menemani tukang air majikan mereka, mengantar air ke rumah saudagar kaya di kaki bukit. Suatu hari, saat batin tak lagi sanggup menahan kesedihan, “tempayan retak” berkata pada sang majikan.........”Maafkan aku tuan, selama ini aku tak sanggup melaksanakan tugasku dengan baik karena retakan di badanku ini membuat air yang kubawa setiap hari bocor dan terbuang percuma. Dan itu membuatmu rugi karena kamu hanya dapat membawa  air sebanyak satu setengah tempayan, sedang setengahnya hilang karena kebocoran di badanku. Untuk itu, maafkan aku, aku tak bisa bekerja maksimal”

Mendengar ucapan “tempayan retak”, sang majikan tersenyum sambil berkata “Ketika kita pulang nanti, cobalah kau lihat jalanan di sisi tempatmu berjalan saat kita berangkat membawa air”.   “Tempayan retak”  tak mengerti maksud sang majikan, namun dia hanya diam dan menurut saja. 

Benarlah, ketika pulang “tempayan retak” ini melihat bunga bermekaran indah luar biasa di sisi jalan yang biasa dilaluinya saat mengantar air bersama sang majikan. Meski dia masih belum mengerti maksud ucapan majikannya, tapi baginya keindahan yang baru saja dilihatnya cukup menghibur. Esok hari, ketika dia kembali bertugas membawa air dan mengantarkannya ke rumah saudagar kaya, kesedihan kembali muncul karena toh retakan di badannya tetep saja membuatnya tak sanggup membawa air satu tempayan penuh. Kesedihannya kian terasa manakala dia menangkap tatapan mata “tempayan utuh” partner kerjanya, yang selalu saja merendahkan dirinya. Senyum sinisnya seolah berkata “Dasar....tempayan yang tidak produktif”. Si “tempayan retak” ini pun kembali menyampaikan permohonan maafnya pada sang majikan. “Tuan...maafkan aku, aku benar-benar tak berguna. Aku sungguh malu pada diriku sendiri. Cacadku telah membuatmu rugi tuan......” ucap si “tempayan retak” penuh kesedihan.

Dengan bijaknya sang majikan berkata “ Wahai tempayan retak, apakah kau sudah memperhatikan bunga-bunga di sepanjang jalan disisimu yang setiap hari kita lalui ? Apakah kau melihat bunga-bunga nan cantik menghias sisi jalan itu ? Lalu coba perhatikan, apakah ada bunga-bunga di sisi jalan seberangnya tempat tempayan utuh berjalan ? Wahai tempayan retak, aku menyadari kekuranganmu. Tapi aku tahu, kekurangan itu tetap akan memberi manfaat. Oleh karena itu, aku lalu menebar benih-benih bunga di sepanjang jalan disisimu. Dan setiap hari, saat kita membawa air melewati jalan itu, kamu mengairi benih-benih bunga yang kutanam. Selama 2 tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah untuk menghias rumah saudagar kaya langganan kita. Dan itu membuatnya sangat senang. Tanpa kamu, mana mungkin rumahnya jadi indah ?”

***********************************************************************************

Bila boleh saya sintesiskan kedua tempayan dalam kisah diatas dalam kehidupan kita , banyak ibroh yang bisa kita petik. Boleh jadi kita adalah orang dengan watak seperti tokoh dalam kisah ini. Seringkali kita menjadi angkuh dan berbanggahati ketika kita dapat melakukan sesuatu lebih baik dari orang lain, ketika kita memiliki kedudukan lebih tinggi dari orang lain, atau bahkan seringkali kita merasa lebih pintar dari orang lain, lebih berpengalaman dari yang lain, hanya karena kita sudah lebih lama bekerja di suatu tempat misalnya. Hal ini kemudian membuat kita menjadi under estimated, meremehkan kemampuan orang lain, apalagi jika jelas-jelas orang tersebut secara kasat mata memiliki kekurangan. Kita menjadi sosok “tempayan utuh” yang angkuh. Seringkali kita tidak menyadari, bahwa dibalik kelebihan yang Allah berikan, pasti ada sisi lemah diri kita. Nobody’s perfect. Sesungguhnya, ilmu yang kita miliki tidak lebih dari seujung kuku bila dibandingkan dengan ilmunya Al-‘Alim, Dzat Yang Maha Berilmu. Lalu.....untuk apa kita menjadi pongah dengan ilmu yang hanya secuil kita miliki ? Tidakkah kita menyadari bahwa ilmu yang kita miliki itu tidak lebih dan tidak bukan bisa kita peroleh karena kasih sayang Allah yang telah memudahkan segala usaha kita saat menuntut ilmu ? 

Allah mengingatkan kita dalam Al Qur’an surah Luqman ayat 18:

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
 
Al Qur’an surah Al Hadiid ayat 23:

Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Masih beranikah kita bersikap angkuh ?????

Atau sebaliknya, kita adalah pribadi seperti “tempayan retak ” yang selalu mengungkung diri dalam sebuah belenggu bernama “keterbatasan”. Apakah selama ini kita selalu melihat kekurangan/kelemahan sebagai sebuah kendala yang membuat kita menjadi rendah diri ? Sadarilah, Allah menyandingkan segala sesuatu dalam hidup ini berpasang-pasangan, ada siang ada malam, ada laki-laki ada wanita, ada kaya dan miskin, begitu juga dengan kelemahan/kekurangan seseorang. Ketika Allah titipkan kekurangan  kepada kita, sesungguhnya Allah telah siapkan kelebihan yang sempurna. Seperti apa pun bentuk fisik seseorang, tetap saja dia adalah makhluk paling sempurna yang Allah ciptakan. Semua itu Allah titipkan bukan tanpa hikmah di dalamnya, bukan pula untuk dikeluhkesahkan. Allah menciptakan manusia tidak ada yang sia-sia. Dari sebuah kelemahan, seseorang mampu mengubah dunianya, jika dia mau berusaha dan melepaskan diri dari belenggu “keterbatasan”. 

Al-Qur’an Surat Al Israa’ ayat 70:

Manusia diberikan kelebihan yang sempurna seperti yang dijelaskan atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

Tiap manusia pasti memiliki kelemahan/kekurangan, baik itu kekurangan secara fisik, atau pun kekurangan yang berupa permasalahan lain dalam dirinya. Selagi orang tersebut mampu menggerakkan berbagai potensi dalam dirinya secara optimal, maka dia akan mampu memtransformasikan kelemahannya menjadi sebuah kekuatan untuk memunculkan kelebihannya di bidang lain. 

Sadarilah bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai kelemahan, bukan karena  Allah tak sayang pada hambaNya, atau pilih kasih pada orang lain, sementara pada kita Allah berikan begitu banyak kelemahan. Yakinilah bahwa ketika Allah titipkan kekurangan pada diri kita, sesungguhnya justru Allah telah memberikan keistimewaan kepada kita, karena Allah akan mengangkat derajat kita jauh lebih tinggi, jika kita mampu melewati cobaan tersebut dan memberikan manfaat kepada orang lain melalui kelemahan yang kita miliki. 


Adalah sebuah sunnatullah, jika manusia cenderung berkeluh kesah terhadap keadaan dirinya, namun jangan pernah menjadikan itu sebagai pegangan untuk selalu dan selalu berkeluh kesah menyesali kekurangan diri. Setiap orang di takdirkan dengan kelemahan dan kelebihan dalam berbagai porsi yang berbeda. Upayakan segala usaha seoptimal mungkin sehingga kelebihan kitalah yang mencuat, hingga tak ada orang yang menyadari akan kelemahan yang kita miliki, karena optimisme yang kita tunjukkan disetiap usaha yang kita lakukan. Ada baiknya kita fokus pada kelebihan yang Allah berikan pada kita, karena sejatinya tak ada satu pun makhluk bernama manusia yang Allah ciptakan tanpa kelebihan dalam dirinya. Semoga kita dapat senantiasa memanfaatkan setiap kekurangan diri, sebagai kekuatan untuk memunculkan kelebihan-kelebihan kita lainnya. 


)*Edisi motivasi diri
Yuk....berusaha menjadi pribadi yang senantiasa menebar manfaat....


Selasa, 04 Juni 2013

Model-Model Pembelajaran Efektif


Menjadi guru yang efektif memang tidaklah mudah. Kreatif dan inovatif dalam mengelola kegiatan pembelajaran di kelas menjadi salah satu kuncinya. Siswa kita memiliki berbagai karakter, dengan berbagai gaya belajar tentunya, ada yang audio, visual, kinestik, bahkan mungkin kombinasi dari ketiga gaya belajar tersebut.  Apabila guru tidak mampu membawa suasana pembelajaran yang menarik, maka bukan tidak mungkin pembelajaran yang disampaikan di kelas tidak dapat mengakomodir seluruh gaya belajar siswa Akibatnya, pesan yang ingin kita sampaikan dalam kegiatan pembelajaran tersebut tidak akan sampai, karena ketidakmampuan guru memahami dan menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswanya. Karena pada hakekatnya gurulah yang harus menyesuaikan diri dengan siswa, dan bukan sebaliknya. Oleh Karena itu guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran dalam berbagai model, sehingga suasana belajar mengajar akan menjadi lebih hidup. Mungkin memang tidak setiap saat kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas mampu mengakomodir seluruh gaya belajar siswa, namun setidaknya dengan melakukan berbagai kombinasi model pembelajaran (sesuai konten materi), setidaknya guru akan dapat memberikan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswanya. Berikut adalah beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai bentuk modifikasi pembelajaran di kelas:

1. Examples Non Examples (Contoh dapat dari gambar/kasus yang relevan dengan KD)
Langkah-langkah:
  • Guru menampilkan gambar yang sesuai dengan KD materi.
  • Memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati gambar tersebut
  • Memberi kesempatan pada siswa untuk mendiskusikan gambar yang ditampilkan secara berkelompok     2-3 orang kemudian mencatat hasil diskusi tersebut.
  • Setiap kelompok diskusi diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
  • Guru memberikan kesimpulan dan mengomentari hasil diskusi siswa, serta memberikan kesimpulan materi yang disajikan. 


2. Picture and Picture (memasangkan/mengurutkan gambar sesuai urutan yang benar)
Langkah-langkah:
  • Guru menyampaikan materi sebagai pengantar
  • Guru menunjukkan gambar yang berkaitan dengan materi
  • Siswa memasangkan/mengurutkan gambar sesuai urutan
  • Siswa diminta menjelaskan dasar/alasan pengurutan gambar tersebut.
  • Guru menanamkan konsep yang benar mengenai materi tersebut serta memberikan kesimpulan materi.


3. Numbered Heads Together
Langkah-langkah:
  • Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, dimana masing-masing siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  • Masing-masing kelompok mengerjakan tugas dengan berdiskusi. 
  • Setiap kelompok harus memastikan bahwa seluruh anggota kelompok dapat mengerjakan dan mengetahui jawaban yang benar.
  • Guru meminta siswa untuk melaporkan hasil kerjasamanya dengan cara memanggil nomor siswa yang sudah diberikan, dan memberi  kesempatan siswa lainnya untuk mengomentarinya. 


4. Cooperative Script (Merupakan metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan menyimpulkan kembali bagian-bagian dari materi yang dipelajari).

5. Kepala Bernomor Struktur (Modivikasi dari Number Heads)
Langkah-langkah:
  • Siswa dibagi dalam kelompok, dimana masing-masing siswa mendapat nomor
  • Penugasan diberikan pada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai, misalnya: siswa nomor 1 bertugas mencatat soal, siswa nomor 2 mengerjakan soal dan siswa nomor 3 melaporkan hasil pekerjaan, dst. 
  • Guru dapat juga menyuruh kerjasama antar kelompok, dimana siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama siswa bernomor sama dari kelompok lain. Disini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokan hasil kerjasama mereka.


6. Student Teams – Achievements Division (STAD) – Tim siswa kelompok Prestasi
Langkah-langkah:
  • Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll)
  • Setelah penyajian materi, guru memberikan tugas kepada setiap kelompok, dimana anggota yang sudah memahami materi dapat menjelaskannya pada anggota yang lain yang belum paham. 
  • Guru kemudian memberikan kuis kepada seluruh siswa, pada saat kuis berlangsung siswa lain tidak boleh saling membantu.
  • Guru kemudian memberikan evaluasi


7. Jigsaw (Tim Ahli)
Langkah-langkah:
  • Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok. 
  • Setiap anggota kelompok mendapat bagian materi yang berbeda untuk dikerjakan. 
  • Setiap anggota kelompok yang membahas materi yang sama kemudian  bertemu dengan anggota kelompok lainnya untuk berdiskusi kemudian mereka akan menjelaskan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain (sebagai tim ahli).
  • Setiap tim ahli harus mempresentasikan hasil diskusinya
  • Guru memberikan evaluasi atas hasil kerja seluruh tim (kelompok)


8. Problem Based Introduction/PBI (Pembelajaran berdasarkan masalah)
Merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah. 
Langkah-langkah:
  • Guru menjelaskan beberapa kasus/masalah dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  • Guru membantu siswa untuk mendefinisikan segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa.
  • Siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, kemudian melakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
  • Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai dengan laporan dan membantu siswa untuk melakukan pembagian tugas.
  • Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.


9. Artikulasi.
Langkah-langkah:
  • Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 
  • Guru menyajikan materi seperti biasa (bisa dengan menggunakan metode ceramah).
  • Untuk mengetahui daya serap siswa, mintalah siswa untuk berpasangan dua orang, lalu salah satu siswa diminta untuk menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. 
  • Mintalah siswa untuk bertukar pasangan secara acak, dan menyampaikan materi kepada pasangan barunya secara bergantian.
  • Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa, sambil menyampaikan kesimpulan/penutup untuk menegaskan kembali materi yang disampaikan.


10. Tebak Kata
MEDIA :
  • Buat kartu (terserah guru mau membuat kartu ukuran berapa) yang berisi ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban pada kartu yang ingin ditebak.
  • Buat kartu (dengan ukuran yang lebih kecil) untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini tidak boleh dibaca oleh pemegang kartunya, jadi kartu tersebut dapat dilipat, ditempel di dahi atau diselipkan di telinga (terserah pada siswa, atau sesuai instruksi guru)

Langkah-langkah:
  • Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dilanjutkan dengan penjelasan materi.
  • Guru meminta siswa untuk berpasangan maju ke depan kelas 
  • Masing-masing siswa diberi kartu soal dan kartu jawaban. Untuk siswa yang memegang kartu jawaban tidak boleh membuka lipatan kartunya, dan diminta untuk menyelipkan di telinga atau di tempelkan di kening, misalnya. 
  • Siswa yang memegang kartu soal membacakan soal, dan meminta pasangannya untuk menebak/menjawab pertanyaan yang disebutkan temannya. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
  • Dan seterusnya.


Ke 10 model pembelajaran di atas hanya sebagian kecil dari beragam model yang dapat digunakan guru untuk mendesain kegiatan pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik. Tentu saja guru dapat memilih berbagai model pembelajaran yang akan digunakansesuai dengan topik pembahasan. Dengan demikian diharapkan pembelajaran yang tersaji akan lebih bermakna bagi peserta didik. 


)*Let’s be creative and innovative teacher for more meaningful learning
(Dari berbagai sumber)