Rabu, 20 Agustus 2014

Tamak Penyakit yang Merusak


“ Seandainya manusia memeiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat” (HR. Bukhari)

Tamak suatu penyakit yang merusak. Secara  bahasa tamak berarti rakus hatinya. Sedang menurut istilah tamak adalah cinta kepada dunia (harta) terlalu berlebihan tanpa memperhatikan hukum haram yang mengakibatkan adanya dosa besar.

Dari definisi di atas bisa dipahami bahwa tamak adalah sikap rakus terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan tanpa memperhitungkan mana yang halal dan haram. Sifat ini menjadi sebab timbulnya rasa iri, dengki, hasud, permusuhan dan perbuatan keji dan mungkar lainnya, yang kemudian pada penghujungnya mengakibatkan manusia lupa kepada Allah SWT, kehidupan akhirat serta menjauhi kewajiban agama. Rasa iri memunculkan bibit-bibit kebencian ketika melihat orang lain mendapat sesuatu yang lebih dari dirinya. Cinta keapa dunia menyebabkan apa yang ada di tangan orang lain terlihat indah. Ketika  manusia telah dikuasai penyakit tamak/serakah, yang haram pun berusaha dicarikan kehalalan agar sesuai dengan kehendaknya.

Rasulullah SAW menggunakan perumpamaan dua ekor serigala yang kelaparan dan dilepaskan di tengah kerumunan domba. Ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama serigala tadi akan mati kelaparan karena tidak sanggup mengejar mangsanya. Kedua, serigala tadi berhasil memangsa satu atau dua ekor domba dari gerombolan domba tadi. Namun demikian, betapa pun laparnya serigala tadi, dia tidak akan sanggup memakan lebih dari 2 ekor domba sekaligus. Lain halnya dengan manusia, ketamakan/keserakahan membuat manusia menghalalkan segara cara untuk memiliki sesuatu yang diinginkannya.

Imbas dari tamak terhadap dunia adalah rasa selalu ada dalam kemiskinan. Ingat, bahwa orang yang miskin bukanlah orang yang kekurangan harta benda. Orang yang miskin sebenarnya adalah orang yang tidak pernah kenyang dengan harta dunia. Ia cari harta siang dan malam, tidak menghiraukan halal dan haram, dan bahkan ia persembahkan hidupnya untuk mencari hata dan harta. Dia tidak pernah merasa cukup karena sifat tamaknya. Setiap melihat sesuatu yang lebih baik menurut penilaian matanya, maka otaknya memerintahkan untuk mendapatkannya apa pun cara yang harus ditempuhnya.

Lalu bagaimana menyembuhkan diri yang terjangkit penyakit tamak ini???

Obatnya adalah senantiasa memperkuat keimanan kita kepada hal ghoib. Beriman kepada hal ghoib berarti kita meyakini dengan pasti bahwa Allah itu ada. Malaikat senantiasa mencatat amalan baik dan buruk kita. Mengimaninya juga berarti kita meyakini bahwa setiap perbuatan pasti Allah sediakan balasannya, entah itu pahala atau dosa, entah itu surga atau pun neraka.


Bertolak dari keimanan kepada hal yang ghoib ini, kecintaan kita kepada dunia akan memudar berganti dengan cinta kepada akhirat yang abadi. Ketika cinta kepada dunia tak lagi merajai, maka rasa iri dengki akan hilang juga dari diri, kemudia tidak ada lagi alasan bagi diri ini untuk terjangkiti sikap tamak yang merusak.

)*Edisi Evadir....