Masih seperti hari-hari sebelumnya, kotaku siang ini tetep
terik menyengat. Panas puoll…. semromong. Kendati pun teman-teman di sosmed
banyak yang bikin status “hujan tlah tiba” atau “Allahumma Soyyiban Nafii’an”
atau “heem….suka banget mencium aroma tanah yang tersiram hujan”…. And so on,
tapi kota tempat tinggalku ini tetep istiqomah, panas…..gak hujan-hujan….
Petak-petak sawah dekat komplek perumahanku pun kering kerontang, hanya rumput
liar yang tumbuh disela retakan tanahnya. Maklum, aku tinggal di perumahan “MEWAH”
alias mepet sawah….. Seiring dengan kerontangnya sawah di dekat rumahku, mengering
pula rasanya jiwaku…..)*Hallah lebayy….
Sebenarnya ini hanya soal rasa. Ya….hanya soal rasa. Sesuatu
yang didramatisir ya akan jadi sentimentil juga….aduh…apa coba….)*tink….tink…tink….
Adalah aku yang sudah lebih dari setahun hijrah ke kota ini,
namun belum kunjung dapat menyatu. “Enggak tahu kenapa ya…rasanya aku kok belum
klik ya sama kota ini. Chemistrynya belum dapet gitu lho…..” Begitu selalu
alibi yang kulontarkan sebagai pembenaran atas rasa yang kurasa.
“Dulu…waktu hijrah ke Surabaya, Batam, dan terakhir di Depok,
nggak gini-gini amat deh kayaknya. Enggak sampe setahun aku sudah bisa menikmati
hidupku dengan sangat nyaman. Kayak di Batam dulu, aku betaahh banget, padahal
jauh, klo pulang kampung musti nyiapin pundi-pundi yang banyak, atau klo
duitnya pas-pasan ya.. harus rela berkapal-laut-ria, mana gak ada keluarga sama
sekali disana. Keluargaku ya teman-teman dan tetangga. Tapi aku enjoy aja tuh…..
Kenapa disini tidak ya….” Lanjutku terus menguatkan pembenaran.
“Ya…sok atuh, segera tambatkan hatimu disini, biar kamu jadi
betah tinggal di kota ini. Ayo…cari tambatan hati. Atau mau aku yang jadi
tambatan hatimu.” Begitu seloroh teman kerjaku...............)*Gubrakk…......
Demen banget nih teman mengolok-olok ku…..”Ih…suka
ya kamu melihat orang menderita, pasti kamu sukanya SMS, Senang Melihat orang
Susah. Rela banget deh menari-nari diatas penderitaan orang…..” timpalku untuk
selorohnya yang nyebelin itu……
Beberapa pekan ini hatiku memang sedang galau. Hari ke hari
kegalauanku itu kian memuncak. Mulai dari belum nyamannya hatiku disini, cuaca
yang memanas dan terus memanas (sementara yang lain sudah mulai hujan), kultur
masyarakat yang rasanya tidak bisa menyatu denganku, sampai munculnya peluang
berkarir dan lanjut studi di tempat lain yang terasa menggiurkan (sementara
institusi tempatku berkarir saat ini jelas tak akan mau melepaskanku……).
Huaaahhh…..begah bener rasanya.
Sekali lagi, sebenarnya ini hanyalah soal “RASA”. Ya…..hanya
soal “RASA”
Sejatinya aku lah tak mampu menata hati, mengemas rasa, memaknai
setiap moment dalam hidup sebagai suatu kebahagian dan keindahan.
“Bukan karena hari ini indah maka kita bahagia, tapi karena
kita bahagia maka hari ini indah” . Nasihat bijak ini rasanya pantas ku catat
sebagai motivasi agar aku tak cengeng menjalani hidup di belahan bumi Allah
manapun. Karena sungguh, rahmat dan kasih sayang Allah tak pernah memilih
tempat.
)*Edisi Galaunisasi