Rabu, 26 Juni 2013

“Nasehat Kakek Ibrahim Kepada Cucunya: Sebuah Analogi Kehidupan”


Di sebuah gubuk kecil di kaki  bukit, tinggallah seorang kakek bersama cucu laki-lakinya. Kakek Ibrahim, demikian warga sekitar kaki bukit memanggilnya,  adalah sosok kakek yang sangat taat beribadah. Sebelum adzan berkumandang, sang kakek pasti sudah berada di surau kampung mereka. Sudah tentu ibadah sholat  5 waktu senantiasa dilakukannya  secara berjama’ah bersama penduduk desa yang lain. Tak lupa sang kakek membawa serta Farhan, cucu semata wayangnya ke surau agar pembiasaan beribadah secara berjama’ah melekat erat dalam benak sang cucu. Seringkali kakek Ibrahim ini memberikan tausyiah selepas sholat. Biasanya sih.....setelah sholat maghrib. Satu hal yang senantiasa kakek Ibrahim ulang-ulang  diakhir tausyiahnya adalah mengajak semua jama’ah untuk tidak lepas dari tilawah Al-Qur’an, sesibuk apa pun. “Jangan lupa, biasakanlah untuk membaca kalamullah setiap hari, setidaknya di salah satu waktu dari 5 waktu yang Allah wajibkan bagi setiap manusia bersujud menyembah Nya. Jika kita membiasakan diri untuk tilawah Al-Qur’an, insya Allah hati menjadi tenang. Sekalut apa pun batin kita karena berbagai masalah hidup yang kita hadapi, ambil saja Al-Qur’an, pasti sejuk rasanya hati kita. Bening lagi hati kita klo kita membiasakan diri tilawah Al-Qur’an” demikian kakek Ibrahim mengakhiri tausyiahnya suatu hari.

Alhamdulillah nasehat ini cukup kuat melekat dalam benak cucunya Farhan. Farhan pun senantiasa melakukan semua nasehat sang kakek, dibawah bimbingan kakek Ibrahim tentunya. Waktu terus berjalan. Farhan kecil pun kini telah memasuki masa remaja, fase dimana dia mulai bisa berlogika, berpikir kritis, dan meminta berbagai alasan yang logis dan rasional ketika disuruh melakukan sesuatu. Suatu hari Farhan bertanya kepada sang kakek “Kenapa sih kakek seringkali mengakhiri khutbah kakek dengan pesan agar kita membiasakan diri tilawah Al-Qur’an.  Apa iya klo kita baca Qur’an hati akan jadi tenang? Bagaimana bisa tenang sih kek....kita kan tidak tahu artinya” begitu Farhan berkata. “Walaupun tidak tahu artinya, baca saja, insya Allah hati kita akan merasa tenang. Karena hati kita lambat laun menjadi bening, dan kita akan bisa berfikir jernih kembali” jawab kakek Ibrahim singkat. Masih dengan berjuta tanya di kepala, Farhan terdiam. Pertanyaan seperti ini bukan hanya sekali dua kali disampaikan Farhan pada sang kakek. Sampai pada suatu hari kembali Farhan menanyakan hal yang sama pada kakek Ibrahim. “Farhan, mulai besok pagi tolong ambilkan kakek air di sungai dekat surau menggunakan tas ini” kata kakek Ibrahim sambil menunjukkan sebuah tas yang terbuat dari kain. “Maksudnya kek......” sahut Farhan dengan raut wajah keheranan. “Sudah, lakukan saja seperti yang kakek bilang. Ambilkan kakek air dengan tas ini setiap pagi sehabis kamu sholat subuh” jawab kakek ibrahim sambil menyerahkan tas kain yang sudah lusuh dan dekil  kepada Farhan, lalu beranjak keluar rumah meninggalkan cucu semata wayangnya dalam kebingungan. “Kakek sungguh aneh, aku bertanya tentang tilawah Al-Qur’an malah disuruh ambil air di sungai. Pake’ tas kain begini lagi, mana mungkin?” demikian gumam Farhan. Meski banyak hal yang ingin ditanyakannya pada sang kakek, namun akhirnya Farhan diam dan menyimpan tas itu di kamarnya.

Keesokan harinya, selepas sholat subuh berjama’ah dan tilawah di surau, mulailah Farhan menjalankan tugas baru dari kakek Ibrahim, mengambil air dengan tas kain. Sesampainya di tepi sungai, Farhan segera memenuhi tas kainnya dengan air sungai. Setelah menutup resleting tas nya, Farhan pun berjalan pulang. Baru beberapa langkah saja beranjak dari tepi sungai, air sudah mengucur di kedua sudut tas bagian bawah yang ia bawa. “Mana mungkin aku membawa air menggunakan tas kain seperti ini. Kakek sungguh aneh. Atau mungkin kakek marah padaku karena aku bertanya-tanya terus. Tapi emang bener kan apa yang aku tanyakan itu.....” gumam Farhan sambil terus berjalan dan menenteng tas yang sudah ia penuhi air menuju rumahnya. Tempat tinggal Farhan dan kakeknya memang tidak terlalu jauh dari sungai, tapi tetap saja Farhan tidak akan bisa membawa air menggunakan tas kain seperti itu. Ya iya lah.....it’s imposible, tidak mungkin Farhan akan dapat membawa air sebanyak kapasitas tas itu. Kalau pun mungkin ada air yang terbawa pastilah hanya sebagian kecil saja, atau bahkan mungkin hanya yang terserap di tas tersebut. “Kakek, tugas dari kakek sudah aku lakukan. Tapi lihatlah kek.....mana mungkin aku bisa membawa air menggunakan tas ini. Airnya keluar semua kek.....” ucap Farhan begitu sampai di depan rumahnya. Kakek Ibrahim yang sudah sejak tadi berdiri di halaman rumah tersenyum dan menjawab “Lakukan saja yang kakek minta nak.....Lakukan saja.....sekarang tolong kau siram pohon mangga yang ada di sudut halaman itu”. Mendengar ucapan sang kakek, Farhan kembali terdiam. Dia pun memutuskan untuk melakukan saja tugas itu, sambil terus berpikir apa kira-kira maksud kakeknya menyuruh melakukan semua itu. 

Demikianlah, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, Farhan dengan tekun melakukan tugas dari sang kakek dengan sabar. Tiga bulan 4 hari sudah Farhan melakukan tugasnya. “Kakek, apa sih sebenarnya maksud kakek menyuruhku mengambil air dengan tas ini. Kalau kakek ingin agar aku menyiram pohon mangga di halaman rumah kita, aku kan bisa mengambil air dari sumur di belakang menggunakan ember. Bukan hanya pagi kek, aku akan menyiramnya pagi sore. Atau jika kakek memang ingin aku menyiramnya dengan air sungai juga tidak apa-apa, aku akan mengambilnya di sungai. Pagi sore deh kek.....tapi pakai ember kek, bukan pakai tas kain seperti ini. Kalau pakai ember kan air yang kubawa bisa lebih banyak kek.....sedang kalau pakai tas ini, berapa banyak air yang terbuang kek....aku seperti melakukan hal yang sia-sia. Kain ini kan mempunyai daya kapilaritas kek.....dan itu membuat airnya terus menerus keluar. Untuk apa sih kakek menyuruhku melakukan semua ini, waktuku terbuang percuma, tenagaku juga........” papar Farhan pada sang kakek.

Dengan senyum penuh kearifan sang kakek menjawab sambil menepuk-nepuk bahu cucunya “Farhan cucuku yang sholeh, kakek senang kamu mau melakukan apa yang kakek perintahkan padamu walau pun sebenarnya hati kecilmu menolak. Kakek tahu kamu bingung dan kesal mendapat tugas ini. Tapi dengan sabar kamu terus melakukannya hingga 3 bulan lebih. Cucuku, coba perhatikan tas ini. Bagaimana warna tas ini ketika kakek berikan padamu dulu ?”  “Dekil, agak kecoklatan dan bau kek.....” jawab Farhan. “Lalu bagaimana warna tas ini sekarang ? Apakah masih dekil dan bau ?” sambung Kakek Ibrahim.  “Tidak kek....tas ini sama sekali tidak berbau lagi, warnanyapun sudah lebih bersih, tidak coklat seperti dulu lagi. Memangnya kenapa kek?” sahut Farhan masih dalam kebingungan.  “Seperti itulah yang akan terjadi pada hati kita ketika kita membiasakan diri tilawah Qur’an setiap hari. Kita memang tidak tahu artinya, tapi kita masih bisa membaca terjemahnya, walaupun mungkin akan terasa agak sulit bagi kita untuk memahami maknanya. Bisa jadi bisikan syaitan akan membuat kita merasa sedang melakukan hal yang sia-sia karena membaca Al Qur’an tanpa memahami maknanya, tapi ketahuilah cucuku....hati kita ini ibarat tas yang kamu gunakan mengambil air. Memang tidak semua air terbawa, mungkin banyak yang terbuang percuma, tapi tidak berbeda jauh dengan kain pembuat tas ini, hati kita pun seperti memiliki daya kapilaritas yang dapat menyerap cahaya kebenaran yang terpancar dari Al Qur’an yang kita baca setiap hari. Allah menciptakan setiap manusia dalam keadaan suci, putih bersih seperti kapas. Tapi dosa yang kita lakukan selama hidup sedikit demi sedikit membuat hati kita menjadi suram, semakin lama semakin gelap dan kelam. Namun bila kita rajin mencuci hati ini dengan tilawah Al Qur’an, walau pun hati ini tidak seputih bersih kondisi semula, tapi insya Allah tak akan lagi menjadi gelap dan kelam. Perlahan namun pasti, kecerahan itu akan menghiasi hati kita, dan ini terpancar dari sikap dan perilaku kita yang senantiasa berusaha menjauhi apa-apa yang tidak Allah sukai dan mengupayakan seoptimal mungkin untuk melakukan apa-apa yang Allah perintahkan. Kakek ingin kita semua termasuk dalam orang-orang yang disayangi Allah karena kita rajin membaca Al Qur’an cucuku, kakek ingin kita termasuk dalam golongan ahlul Qur’an.......”.

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Mungkin suatu ketika pernah kita berada pada kondisi seperti yang dialami oleh Farhan cucu kakek Ibrahim. Kita selama ini senantiasa membiasakan diri untuk sedikitnya sekali sehari membaca Al Qur’an. Namun disaat kita sedang banyak didera masalah, dan kemudian bisikan syaitan sanggup menggoyahkan keyakinan kita, bisa jadi kita kemudian merasa sedang melakukan hal yang sia-sia. Naudzubillah.....tidak ada yang dapat kita lakukan selain memohon agar dikuatkan oleh Allah untuk senantiasa istiqomah dengan apa yang sudah kita lakukan. 

Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang selalu membaca Al Qur’an, kemudian mempelajari isi kandungannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim:

“Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab Al Qur’an dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak mau membaca, mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an)”

Secara logika dapat kita pahami, mengapa orang-orang yang membaca dan mempelajari isi kandungan Al Qur’an serta berusaha mengamalkannya diangkat derajatnya oleh Allah SWT, karena orang-orang yang membaca Al Qur’an berarti orang-orang yang selalu dekat dengan Allah, bahkan membaca Al Qur’an merupakan komunikasi kita dengan Rabbull Izzati pencipta seluruh jagad raya.


Diantara keutamaan-keutamaan dari tilawah Al Qur’an lainnya adalah:


  • Setiap ayat Al Qur’an yang dibaca akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman bagi pembacanya sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Isra’(17); ayat 82 bahwa Al Qur’an diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat segala macam penyakit kejiwaan, sehingga para pembaca Al Qur’an bahkan orang yang mendengarkan bacaannya mendapat pula ketenangan jiwa.
  • Orang yang senantiasa membaca Al Qur’an akan mendapat syafaat di hari kiamat nanti, sebagaimana hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim “Bacalah Al Qur’an oleh kamu sekalian, karena bacaan Al Qur’an yang di baca ketika hidup di dunia ini, akan menjadi syafaat/penolong bagi para pembacanya di hari kiamat nanti”.  Oleh karena itu, upayakanlah selalu untuk memperbanyak membaca Al Qur’an selagi Allah masih memberi kesempatan hidup, selama nafas masih terhembus, dan selama jantung masih berdetak. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada di  waktu di yang masih Allah berikan 
  • Orang yang gemar membaca Al Qur’an akan senantiasa mendapatkan petunjuk dan kemudahan dalam menghadapi kehidupan ini karena Al Qur’an adalah cahaya ditengah kegelapan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, ”Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah dan Al Qur’an sesungguhnya ia adalah cahaya kegelapan, petunjuk di siang hari maka bacalah dengan sungguh-sungguh.” (HR. Baihaqi)
  • Ahlul Qur’an adalah keluarga Allah SWT. Baginda Rasul bersabda ”Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia’,  Beliau (Rasulullah SAW) ditanya,’Siapa mereka wahai Rasulullah.’ Beliau (Rasulullah SAW) menjawab,’Mereka adalah Ahlul Qur’an, mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya.” (HR.Ahmad dan Ibnu Majah)

Semoga kita dapat senantiasa istiqomah dan ghiroh untuk belajar Al Qur’an, memahami dan mentadaburi maknanya. Bukan hanya untuk diri kita sendiri, tapi lebih luas lagi adalah di lingkungan terkecil kita, keluarga kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita. Akhirnya hanya kepada Allah lah kita berharap kasih sayang, agar senantiasa dimudahkan. 

)*Yuk semangat memperbaiki kualitas ibadah kita....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar