Senin, 16 September 2013

Ketika Cinta Harus Teruji...


“Ternyata, aku tidaklah sekuat Xena, warior princess dalam salah satu episode'a Hercules "The Legendary Journey". Aku juga tidak segagah Gatot Kaca, putra Arimbi dalam kisah Mahabharata, tokoh pewayangan yang gagah perkasa, dikenal orang sebagai si "otot kawat tulang besi". Aku tidak lebih dari seorang widya, perempuan lemah yang hanya bisa menangis saat aku tak sanggup lagi menanggung beban batinku. Maafkan aku yang sudah melibatkanmu dalam kesulitan hatiku, baru kali ini aku mengajak orang lain masuk dalam masalah hidup yang ku hadapi. Aku benci dengan kecengengan ini, aku kesal pada diriku yang tak mampu memaksa hatiku untuk membiarkan saja hubungan antara mereka kian dekat. Selama ini aku sudah bertekad untuk menganggap semua’a sebagai sesuatu yang tak perlu membebani pikiranku. Aku sudah ber’azam bahwa rumah tangga yang kupertahankan ini hanya demi anak-anakku. Biarlah suamiku tenggelam dalam keindahan masa lalu yang kembali hadir membuai hidupnya. Berbagai model komunikasi yang aku pelajari sudah aku terapkan untuk memperbaiki kualitas hubungan kami. Introspeksi diri dan mengubah pelayananku sebagai seorang istri pun sudah aku lakukan. Bahkan aku selalu mencoba menghidupkan kemesraan diantara kami, dengan harapan sebuah keajaiban terjadi. Dan benar, it’s miracle........***********(aku ingin mengenalmu lebih jauh mbak, agar kita bisa saling memahami, karena kita mencintai orang yang sama. Maaf ya mbak, jika aku juga mencintai suamimu)*************** Blarrrrr........................................ Maksude opo????   Astaghfirullah............   dedel rasane otakku”

************************************************************************************

Itulah sepenggal email dari seorang sahabat yang masuk kedalam inbox ku. Aku tercenung, jari jemariku tak sanggup memencet keyboard laptopku untuk menulis jawaban. Ya...Widya adalah sahabat masa kecilku yang aku tahu memang sedang menghadapi masalah dalam rumah tangganya. Widya yang saat ini tengah sibuk menyelesaikan tesisnya, kini harus membayar mahal keputusannya melanjutkan studi dengan keutuhan rumah tangganya. Memang, saat memutuskan untuk  kuliah lagi, mereka berdua (Widya sahabatku dan suaminya) sudah berkomitmen untuk bisa saling memahami kesibukan masing-masing. Siapa pun tahu, bahwa keputusan ini akan membawa konsekuensi berkurangnya intensitas pertemuan dalam keluarga, apalagi Widya mengambil kuliah extension yang jadwalnya adalah di hari Sabtu dan Minggu. Jelas sudah bahwa waktu bagi mereka untuk berkomunikasi kian sempit. Rutinitas dunia kerja di kota metropolitan yang memaksa semua pekerja untuk berangkat saat matahari belum muncul dan pulang ketika matahari telah bergeser menerangi belahan bumi yang lain, membuat siapa pun karyawan di ibukota menjadi individu-individu yang agak susah berinteraksi dengan seluruh anggota keluarganya. Tak terkecuali Widya sahabatku. Disaat jadwal sang istri yang begitu padat, komunikasi yang terhambat, sangat memungkin siapapun yang tidak mampu mengelola hati, untuk tergiring pada hal-hal yang berbahaya. Kemajuan teknologi, kemudahan berinteraksi dengan siapa pun melalui berbagai sosial media, membuat kita seolah tak lagi terhalang oleh jarak untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dan inilah yang terjadi pada Widya sahabatku.

Alih-alih iseng mencari teman masa SMA’a, suami Widya malah bertemu dengan perempuan dari masa lalunya alias mantan pacar. Dalam kondisi istri yang tidak ada di rumah saat suami libur, komunikasi antara suami widya dan bekas pacarnya semakin sering terjadi. Kian lama hubungan ini kian dalam, hingga widya pun dapat merasakannya. Berharap ini bukanlah sebuah kenyataan. Namun widya harus kecewa, karena sang suami meng’iya’kan seluruh pertanyaannya.

Jujur, harus aku acungi jempol untuk ketegaran hatinya menghadapi ketetapan Allah ini. Salut juga untuk tekadnya yang kuat mengokohkan kembali rumah tangganya yang sedang didera cobaan. Tanpa keluh kesah sedikit pun, widya tegar menapaki jalan yang aku tahu pasti terasa pedih bagi kaki kecilnya untuk melangkah. Ya....siapa pun tentu akan merasakan sakitnya sebuah penghianatan, apa pun alasannya. Yang bisa aku lakukan untuknya selama ini hanyalah menguatkannya agar senantiasa memperbanyak mengingat Allah, bersabar dan bertawakal Illallah.....walau mungkin aku hanya bisa bernasehat saja, ‘Jarkoni’ klo orang jawa bilang.....’Bisa ngajar, tapi ora iso nglakoni’..... Ya, minimal aku mencoba berempati untuk masalah hidup yang ia alami. Tapi kali ini, saat bekas pacar suaminya yang kini mewarnai episode dalam kehidupan rumah tangganya berkirim email untuk mengenal widya lebih dekat, dan terang-terangan mengatakan “Kita mencintai orang yang sama” pada Widya........aku tak sanggup lagi menuliskan nasehat-nasehat kecil sekedar untuk menguatkan hatinya. Andai saja ia berada dekat denganku, ingin rasanya ku peluk tubuh mungilnya, untuk seidikit menenangkan jiwanya yang aku tahu pasti sedang sangat terguncang. Ah.....widya yang malang.........

************************************************************************************

Sahabat....ada beberapa pelajaran hidup yang dapat kita ambil dari kisah ini. Harus disadari, menjadi sepasang suami istri adalah ibarat orang yang sedang mengikuti rally Paris Dakkar. Sang pengemudi butuh navigator untuk membantu memastikan jalan yang akan dilalui bebas dari aral melintang yang mengganggu, disaat pengemudi harus fokus pada stir sambil terus mengendalikan laju mobilnya. Bila kehilangan arah, pengemudi dan navigator akan berdiskusi sambil melihat peta sehingga mobil bisa sampai ke garis finish tepat pada waktunya. Diskusi yang dilakukan tidak perlu lama, sebentar pun cukup, namun berkualitas. Yang lebih penting lagi adalah, masing-masing memahami peran dan tanggungjawabnya. 

Bila hal ini dianalogkan dalam kehidupan kita, suami adalah sang pengemudi, sedangkan kita para istri adalah navigator yang siap mensupport pengemudi agar mampu memegang kendali dengan baik. Al-Qur’an dan sunnah itulah peta penunjuk jalan, manakala rute yang kita lalui tak lagi berada pada jalur yang semestinya. Komunikasi yang baik, menjadi jembatan penguat kokohnya kerjasama diantara pasangan ini. Tentu bukanlah kuantitas yang menjadi ukuran, namun komunikasi yang berkualitas jauh lebih bermakna. Penghargaan atas peran dari pasangan kita juga tak kalah penting. Menghormati dan menghargai segala usaha yang dilakukan oleh pasangan kita dalam menjalankan perannya, menjadi modal utama. Sudah seharusnyalah kita berikan apresiasi setinggi-tingginya, karena ini adalah wujud dari komitmen masing-masing individu saat bersumpah setia di depan penghulu untuk saling menyayangi dan mengasihi. Sebenarnya, inilah kuncinya, berpegang teguh pada komitmen. 

Jangan pernah berpikir, perjalanan yang kita lalui akan bebas dari halangan. Syaitan yang sudah bersumpah hingga akhir zaman untuk mengganggu anak adam, tidak akan tinggal diam melihat sebuah rumah tangga yang hidup damai dalam kehangatan dan keharmonisan. Berbagai cara akan dilakukan oleh makhluk yang bernama syaitan ini untuk menghancurkan manusia yang berkasih sayang dalam naungan kasihnya Allah. Begitu halusnya makhluk ini mengemas berbagai ranjau, entah itu dari masa lalu kita, atau dari orang-orang di sekitar kita. Dan tanpa disadari, ternyata kita telah hanyut dalam pusaran arus yang menyesatkan hingga segalanya bermuara pada sebuah keputusan yang meski tidak diharamkan, namun sangat dibenci oleh Allah SWT yaitu “Perceraian”. Naudzubillahi min dzalik.....Semoga kita terhindar dari kehancuran seperti ini. 

Setiap orang pasti punya masa lalu sahabat. Dan mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus memahami bahwa masa lalu adalah bagian dari kehidupan kita. Tapi perlu diingat, masa lalu hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak episode hidup yang pernah kita lewati. Lalu, haruskah kita membiarkan bayang-bayang masa lalu menghancurkan kebahagiaan yang kini ada dalam genggaman?????

Tahukah mengapa kaca spion di mobil ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan kaca depan mobil? Bagaimana cara kita melihat spion saat mengemudi? 

Bila kita mau cerdas berpikir, sesungguhnya banyak makna mendalam yang bisa diimplementasikan dalam hidup. Kita dapat melihat medan dihadapan kita dari kaca depan mobil, tanpa penghalang apa pun dengan jarak pandang yang memungkinkan bagi kita menghindar saat ada lubang, mengurangi kecepatan ketika melintas di atas tanggul, atau bahkan mengerem saat bahaya nyata di depan kita. Begitu luas dan lapangnya kaca depan mobil kita. Jalan yang terbentang dihadapan kita adalah masa depan yang akan kita lalui bersama orang-orang yang kita cintai. Itulah kondisi nyata yang ada di depan kita, yang nampak begitu jelas terlihat oleh mata kita dari balik kaca depan caravan yang kita navigatori dalam kendali kemudi suami kita. Tujuannya jelas, mendapatkan keridhoan NYA sambil menjaga amanah NYA menjadi seorang kalifatullah. 

Lalu bagaimana dengan kaca spion. Spion memang sangat bermanfaat agar kita bisa melihat kendaraan di belakang kita. Namun saat melihat, kita hanya melirik sesekali dan tidak terlalu lama. Masa lalu yang ada di belakang kita, hanya perlu kita tengok sesaat, untuk diambil pelajarannya, untuk diambil ibrohnya, namun sama sekali bukan untuk diingat-ingat apalagi dikorek-korek untuk kemudian dihidupkan kembali. Masa lalu adalah masa lalu, tak perlu membelenggu diri dalam kenangan masa lalu, seindah apa pun itu. Ingatlah, siapa pun diri kita saat ini, sehebat apa pun keberhasilan yang kita raih, semua itu tidak lebih adalah karena kasih sayang Allah pada hambanya yang mau berusaha, dan dukungan yang luar biasa dari orang-orang disekitar kita. Perlu dipahami, bahwa dibalik keberhasilan seorang suami, ada peran besar dari 2 wanita di dekatnya, yaitu ibu dan istrinya. Sedangkan keberhasilan seorang istri, tidak lebih karena keikhlasan suami mengijinkan sang istri beraktivitas di luar rumah. Semoga ini bisa jadi pengingat bagi kita semua, agar lebih menghargai pasangan kita, dan memahami betapa besarnya peran mereka dalam hidup kita, dengan segala keikhlasan dan ketulusannya......

1 komentar:

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus