Sabtu, 23 Maret 2013

Muhasabah Diri (Bila Jiwa Membiarkan Benih Kekecewaan Bersemi)


Pernah mengalami konflik / perselisihan dengan orang lain????


Jawabnya pasti “pernah”, wajarlah namanya juga manusia. Selain sebagai seorang individu, manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Nah, dalam interaksi itulah, gesekan antar individu bisa saja terjadi. Lagi-lagi ini terjadi karena manusia adalah seorang individu yang mempunyai egoisme, kepentingan, pola pikir, pendapat, karakter, bahkan latar belakang  
pendidikan/kehidupan yang berbeda. 

Subhanallah ya, begitu Maha Besarnya Allah, Rabb yang menciptakan makhluk NYA dengan berbagai karakter. Rambut boleh sama hitam, tapi tak satu pun makhluk Allah yang diciptakan sama persis karakternya. 

Sebenarnya bila kita mampu memaknai setiap perbedaan yang ada sebagai karunia Allah agar kita berlatih menghargai orang lain, rasanya tak perlu ada kecewa berkepanjangan. Saat terjadi friksi dengan pribadi lain, wajar bila ada rasa marah, sedih, kecewa, atau seabreg perasaan-perasaan “ngenes” lainnya yang kita rasakan. Namun bila kecewa/sakit hati pada individu yang sudah menyakiti ini dipelihara terus menerus, lama kelamaan akan menjadi penyakit hati yang akan menggerogoti energi positif kita. Sudah bisa dipastikan, diri kita lah yang akan merugi. Bukan hanya energi positif yang mengalami penyusutan, tapi bukan mustahil logika kita untuk bersikap obyektif dan rasional pun terkadang jadi terpengaruh oleh bisikan dari sisi gelap jiwa kita yang kegelapannya kita biarkan tumbuh subur karena pupuk kekecewaan/sakit hati yang kita pelihara. 

Akankah kita membiarkan jiwa kita terus menerus dalam keadaan merugi seperti ini????

Masya Allah….ternyata begitu kerdilnya kita ya….. Seringkali kita menasehati orang lain untuk berjiwa besar, namun ternyata kita tidak lebih dari seorang pecundang yang memelihara kebencian di lubuk hati terdalam hingga kita tak jarang menjadi orang yang sangat mengedepankan perasaan, susah untuk diajak berpikir dan bertindak rasional. Special thanks for teman baikku, partner kerjaku yang sudah mengingatkanku untuk belajar membuang jauh sakit hati/kecewa. Komputer ajja menyediakan recycle bin untuk menampung program-program yang sudah tidak digunakan lagi, masa’ kita tak bisa menyediakan tempat sampah juga sih untuk menampung kotoran-kotoran yang bisa membuat penyakit hati dalam diri kita menjadi semakin akut. Sebagaimana program computer, kita pun harus sering-sering menggunakan program C-Cleaner untuk mengosongkan recycle bin nya, sehingga tidak penuh. Soalnya recycle bin yang penuh akan membuat computer kita jadi lemot..… Klo dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kita bisa gunakan istighfar dan perbanyak dzikir  kali ya….sebagai program C-Cleanernya.

Lalu bagaimana cara menghilangkan sakit hati berkepanjangan?

  • Kenalilah siapa orang yang membuat sakit hati.


Cobalah untuk mengenal lebih baik siapakah orang yang telah menyakiti kita. Mungkin dia adalah orang yang tidak tau/bodoh, dan karena kebodohannya itu, tanpa sengaja telah membuat kita terluka. Atau bisa jadi, dia adalah orang yang kekanak-kanakan/tidak dewasa, atau orang yang berpikiran sangat sederhana, lugu dan polos, sehingga dia tak sadar bahwa sikap/ucapannya membuat kita kecewa. Bisa jadi juga, orang yang mengecewakan kita itu hanya ikut-ikutan, nggak ngerti apa yang dia lakukan, atau mungkin juga dia adalah seorang yang ambisius, takut posisinya akan terganggu oleh kehadiran kita, sehingga dia bersikap arogan dan sewenang-wenang. Dari semua itu yang terpenting adalah mindset kita, persepsi kita bahwa “orang yang membuat kita sakit/sedih/kecewa adalah orang yang patut dikasihani

  • Lihat kembali hubungan yang telah terjalin antara kita dengan orang yang menyakiti hati kita.

Ingat-ingatlah kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang yang telah menyakiti kita, walau pun mungkin hanya sekedar air putih/permen yang pernah disodorkannya. Atau jika ini pun tak kita temukan, mungkin ada senyum ketulusan yang pernah kita lihat mengembang saat bertemu dengan kita. Yang jelas, lupakan dan kubur dalam-dalam kekurangannya. Ingatlah, tak ada gading yang tak retak, tak ada satu pun makhluk Allah yang sempurna dan pernah luput dari kesalahan, begitu pun dengan orang yang sudah membuat hati kita terluka.

  • Melatih kemampuan diri untuk memaafkan.

Yakinilah bahwa memaafkan bukanlah sebuah kelemahan, tapi merupakan sebuah kekuatan. Kekuatan untuk menjadi pribadi yang berjiwa besar. Al-Ghafur saja senantiasa menebarkan maaf dan pengampunan pada setiap kesalahan yang dilakukan oleh makhluknya, masa’ kita makhluk ciptaan NYA, yang keluasan ilmunya hanya seujung kuku bila dibandingkan dengan ilmu Sang Khaliq, tak mau memaafkan kesalahan orang lain ?????? Mohonlah senantiasa pertolongan kepada Al-Latief yang Maha Lembut agar melembutkan hati kita sehingga kita dapat senantiasa memaafkan orang-orang yang telah menyakiti kita.

  • Jangan sisakan ruang gerak sedikit pun  bagi “sakit hati” 

Membiarkan “Kecewa/sakit hati” bersemayam dilubuk hati kita, sama artinya memupuk kegelapan mata batin dan menumpulkan hati nurani. Jangan pernah memberi  peluang bagi virus penyebab “penyakit hati” ini menjalar dan menginfeksi  jiwa bersih yang telah Allah karuniakan kepada setiap manusia, termasuk diri kita. Walau pun sulit, mari kita terus melatih diri untuk mempersempit ruang gerak “Kecewa/sakit hati” karena bila ini kita biarkan tumbuh subur dan membuat infeksinya semakin meradang, apakah mungkin kita mengamputasi bagian yang sakit untuk mencegah menyebaran infeksi yang terjadi?????? Tentu tidak bukan…..Maka berlatihlan untuk dapat membuatnya imun dari berbagai penyakit hati.

  • Lihatlah terus ke depan

Pernahkan kita berpikir mengapa spion mobil itu kecil, jauh lebih kecil dibandingkan kaca mobil bagian depan. Spion berfungsi melihat ke belakang saat berkendara, sedang kaca mobil bagian depan berfungsi untuk melihat jalan yang terbentang luas di hadapan kita. Jika boleh kita analogikan dengan kehidupan, ruang gerak kita untuk menatap masa depan jauh lebih luas disbanding dengan sekedar mengingat-ingat masa lalu yang mungkin menyakitkan bagi kita. Senantiasalah melihat ke depan, bila kita terus menerus mengingat dan memelihara sakit hati dan kekecewaan, tentulah kita akan merugi dan membatasi ruang gerak kita untuk melangkah ke depan. 

  • Jangan pernah berkompromi

“Saya sih sudah memaafkan kesalahannya, tapi saya tidak dapat melupakan kejadian ini….” Statement seperti ini mungkin tak asing bagi kita, sering meluncur begitu saja dari bibir kita saat mendapat nasehat dari orang-orang baik di sekitar kita untuk melupakan kecewa/sakit hati kita pada seseorang. Jika kita masih suka mengeluarkan kalimat seperti ini, berarti ada sesuatu yang terjadi dalam diri kita, masih ada kompromi antara menghapus memori dan menyebut-nyebut/ mengingatnya. Memang Allah memberi kita memori/daya ingat yang luar biasa pada kita, namun haruskah kita memanfaatkannya untuk mengingat sesuatu yang sama sekali tak ada manfaatnya bagi kemajuan diri kita ke arah yang lebih baik??? Lagi-lagi kita akan menjadi orang yang sangat merugi bila membiarkan hal ini terus menerus terjadi. Mari kita mengambil sikap untuk tidak mengingat-ingat atau pun membicarakannya lagi, dan bukan memilih kedua-duanya (menghapus kenangan buruk tentang sakit, tapi masih saja membicarakannya)

  • Ber”Islah” lah….

Ingatlah….musuh terbesar kita sejatnya adalah hawa nafsu. Syaitan tak akan berdiam diri saat kita mulai berdamai dengan mendengarkan hati nurani yang menyuarakan kebenaran. Syaitan akan terus menebarkan jerat yang menyesatkan agar kita kembali memupuk kebencian dalam kemasan yang menarik, yang mungkin saja tidak pernah kita sadari. Segera sadari hal ini, dan ber”Islah” lah…



)*Edisi Muhasabah diri
Special Thank’s for temanku yang sudah mengingatkanku saat aku mulai terperdaya oleh nafsu lawwamahku, teruslah menegurku agar aku bisa memperbaiki diri menjadi lebih baik. Jazakillah ummu Haqqon dan serendengan adik-adiknya……^_^ I love You Coz Allah….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar