Senin, 27 Mei 2013

Cause We Love You Ukhti.....

Siang itu aku diam terpaku. Tak sepatah kata pun yang sanggup kuucap saat mendengar cerita temanku ini. Air mata jatuh berderai membasahi kedua pipinya. Bulir-bulir bening itu seolah tak mau berhenti mengalir, meluncur begitu saja tanpa henti. Aih...harus bagaimana aku ya..... Ya sudah lah, biar puas dulu nangisnya. Memang bagi sebagian orang, menangis itu adalah ekspresi paling mudah untuk menyalurkan kesal yang menyesak. Aku juga sih sebenernya, hobynya “mewek” klo lagi suntuk....tapi masih lihat-lihat sikon juga, klo banyak orang ya....radha-radha mikir gitu.....hohohohoo....sutris kok masih pake mikir ya......^_^

Setelah agak tenang, barulah kami memulai sesi “perdati=percakapan dari hati ke hati” antara aku dan dia. “Aku sediiihh....banget, mereka pikir aku ini mau main-main ya.....aku tuh serius, siapa sih yang nggak pengen cepet menikah. Kalaupun aku sekarang sering dijemput cowokku, itu karena dia memang sedang ada masalah di keluarganya, dan dia membutuhkanku untuk mensupport dia. Masa’ iya aku diam ajja, secara aku tahu banget klo calon suamiku itu lagi butuh banget dukungan dariku. Ya....emang sih, dia jadi sering ke kost-an, dan klo dia lagi suntuk memang  sering sampe malam sih di kost-an...tapi kami nggak ngapa-ngapain kok....kami tahu lah batasan-batasannya. Cuma yang bikin aku kesel itu, kenapa sih mereka harus ngomongin aku ke temen-temen yang lain, kenapa dia nggak bilang langsung ajja ke aku, klo niatnya baik, mau ngingetin aku kan dia bisa ngomong langsung. Enggak usah cerita ke orang lain kayak gitu, orang yang nggak tahu kondisinya kan jadi berpersepsi seenaknya, beropini sengertinya. Dan itu sangat merugikanku, bikin aku kesel dan nyesek” ucapnya berapi-api. Ya...wajarlah, namanya juga orang lagi kesel, jadi keluar dah apinya, sampe asapnya ngepul di atas kepala, heheheheheee..........^_^

Masih dalam diam, aku menatap dalam-dalam kedua bola matanya yang masih digenangi bulir bening air mata sambil mencoba menerawang apa yang ada dalam benaknya. Aduhai ukhti sahabatku sayang.....maaf bila kali ini responku atas dukamu mungkin justru akan membuatmu kecewa. Maaf bila aku pun sama sekali nggak respect dengan sikapmu bersama calon suamimu. Ukhtiku sayang.....aku tahu bahwa dirimu sudah dilamar. Aku tahu jika seluruh keluarga besarmu sudah sangat mengenal siapa calon suamimu.  Akan tetapi ukhtiku sayang.....tetap saja kalian masih belum  berada dalam sebuah ikatan yang sah dimata Allah, bukan muhrim tetap saja tak boleh berkhalwat sebelum ada “Qobiltu wanikaha” . Aku yakin bahwa dirimu paham dengan apa yang aku maksud. Lalu kenapa kamu memilih untuk memberi peluang pada calon suamimu bertandang ke kost mu, hanya untuk alasan “kau ingin mensupport dan membantunya keluar dari masalah yang sedang dia hadapi dalam keluarga besarnya????”  Aduhai ukhtiku sayang......kami semua menyayangimu, sungguh sangat menyayangimu. Bukan hanya norma agama yang membatasi perilaku kita, namun norma yang berlaku di masyarakat pun membatasi kita hingga bila kita melanggarnya, barangkali sangsi yang harus kita terima adalah dikucilkan oleh orang-orang disekitar kita, atau minimal jadi bahan omongan orang. Jangan salahkan bila orang berpersepsi sesukahati, mereka menilai dari apa yang mereka lihat. Dan kita pun tak bisa memaksa orang lain untuk beropini sama dengan apa yang kita pikirkan.  Ukhtiku sayang.....kadang, perilaku kita yang agak berubah (tidak seperti biasanya) saja, bisa menjadi bahan pembicaraan orang, meski apa yang kita lakukan itu sama sekali tak melanggar norma. Lantas bagaimana jika benar-benar melanggar norma/etika di masyarakat seperti yang kau lakukan? Dari segi kepantasan dan kepatutan, jelas tak layak bila calon suamimu harus berlama-lama di kost mu, apa pun alasannya.  Bersyukurlah bahwa orang-orang di sekitarmu masih peduli padamu. Itu bukti bahwa mereka menyayangimu ukhti ...... Hanya saja, setiap orang punya cara yang berbeda-beda ketika menegur kita.  Mungkin itulah yang membuatmu tak mampu menahan air mata, manakala apa yang mereka ucapkan terasa kurang santun dan membuatmu begitu terluka.  Namun kurasa, akan lebih baik bila kita belajar dari kepahitan demi manisnya cinta abadi Rabb Sang Pemilik segala cinta dalam kekekalan kehidupan kita nanti. Satu hal penting yang patut segera kau sadari adalah bahwa Allah ternyata begitu menyayangimu, meski  teguran yang Allah berikan kali ini, tak menyamankanmu. Yakinlah, Allah selalu punya cara yang indah untuk memberikan keindahan abadi bagi ummat Nya.

)*Semangat untuk saling mengingatkan ya saudariku......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar