“Waduh…selama ini aku selalu mengajar di level atas, klo enggak klas 5 ya 6. Lha klo sekarang harus ngajar level bawah gimana nih…..apalagi ngajar level 1, arrrgghhh…….sutris dah diriku ini…..”.
Itulah ucapan seorang guru
yang mendapat tugas untuk mengajar di level 1 SD, sementara sebelumnya dia
selalu mengajar level tinggi (level 5 atau
6). Pindah level
saat mengajar, baik itu terjun bebas dari atas ke bawah atau pun akselerasi
dari bawah loncat ke atas ???? Siapa takut ???? Itulah seninya orang mengajar,
klo harus turun ya kita pake parasut (biar nggak cidera dan dapat melakukan
pendaratan dengan mulus). Sementara klo harus naik ya pake trampolin (biar
membal).....^_^ Artinya, dimana pun kita
akan melakukan tugas, tak perlu galau karena kita punya alat dan kemampuan
untuk beradaptasi dengan audiens kita, siapa pun mereka.....
Rolling
level di awal tahun pembelajaran bagi seorang guru adalah sebuah hal yang
lumrah. Manajemen sekolah terkadang akan melakukan reposisi guru-gurunya dalam berbagai komposisi, dalam
rangka mengeksplore kemampuan dan kreativitas sang guru. Selain untuk mengatasi
kejenuhan/stagnasi dari guru yang sudah
terlalu lama bercokol sebagai penjaga gawang di level tertentu, reposisi guru
akan memberikan pengalaman mengajar yang berbeda bagi setiap guru pada level
yang baru.
Menjadi
guru level bawah, terutama kelas 1 Sd itu gampang-gampang susah memang….. Klo dari segi
penguasaan konsep/materi,
siapa pun pasti bisa lah....
Ibarat kata, pelajaran anak SD kelas 1 itu gak pake acara belajar dulu, sudah nglotok dah pokok’a.....kan
sebagian besar materi di level 1 itu
bersifat common sense dan pengetahuan dasar banget. Lain halnya dengan level tinggi,
setidaknya ya harus dibaca-baca dulu lah....kan sudah
lama pelajaran itu kita dapat, jadi pastinya ya sudah banyak yang lupa dong,
terutama untuk pelajaran matematika dan sains. Setidaknya kita perlu merefresh kembali
ingatan kita..... Mungkin
yang perlu lebih diperhatikan ketika kita harus berinteraksi dengan siswa di
level rendah adalah pemilihan bahasa
yang mudah dicerna oleh siswa didik serta pemahaman kondisi pshikologis anak
yang baru belajar memasuki jenjang
pendidikan lebih tinggi setelah TK yang notabene lebih dikenal sebagai sarana
bermain bagi mereka.
Namun terlepas dari masalah penguasaan materi baik di
level tinggi ataupun level bawah, sebenarnya yang lebih penting adalah bahwa
siapa pun yang berprofesi sebagai guru haruslah memiliki kompetensi dasar yaitu
kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru, agar tugasnya sebagai
pendidik dapat terlaksana dengan baik. Guru
adalah semua orang yang berwenang dan tertanggungjawab terhadap pendidikan
murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Hal
ini berarti bahwa seorang
guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan
dalam menjalankan tugas. Untuk itu seorang guru perlu memiliki kepribadian,
menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar sebagai dasar kompetensi.
Bila guru tidak memiliki kepribadian, tidak menguasai bahan pelajaran dan
cara-cara mengajar, maka guru akan gagal menunaikan tugasnya, sebelum berbuat
lebih banyak dalam pendidikan dan pengajaran.
Pasal 10 Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh seorang guru, yaitu:
1.
Kompetensi Pedagogik
Merupakan
kemampuan yang
harus dimiliki guru untuk memahami peserta didik
baik secara psikologis, psikis, maupun intelegensi, kemampuan merancang
pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, kemampuan merancang dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran, serta
kemampuan mengembangkan potensi peserta didik. Hal ini berarti seorang guru haruslah mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
heterogenitas anak didiknya, baik karakternya, gaya belajarnya, latar belakang
sosial ekonominya, kecerdasan intelektual dan emosionalnya serta berbagai hal
personal dari setiap anak didik. Selain itu, guru juga harus mampu merancang,
melaksanakan, dan melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran dengan baik. Artinya
guru harus dapat menyelaraskan antara gaya mengajar dengan gaya belajar peserta
didik sebagai audiencenya. Mengajar anak kelas 1 tentu tentu tidak bisa
disamakan dengan mengajar anak kelas 5 atau 6. Di kelas 1 guru mungkin harus
lebay, agak sedikit najong tralala trilili, sangat atraktif, ekspresif, harus
rajin nyanyi, bisa mendongeng dengan ekspresi total (sampai bocah
terbengong-bengong mendengarnya mungkin), atau menguasai berbagai tepuk, games dan nyanyian, sehingga anak
didik tidak merasa pembelajaran berlangsung sebagai sebuah rutinitas yang
membosankan. Pendeknya guru harus mampu melakukan packaging yang baik dan
menarik dalam setiap materi yang disajikan. Sedang untuk jenjang yang lebih
tinggi, kemampuan intelektual guru harus terus menerus di upgrade, agar tidak
tertinggal dari pengetahuan peserta didiknya, sehingga guru dapat benar-benar
berfungsi sebagai salah satu sumber belajar bagi siswanya.
2.
Kompetensi Kepribadian
Seorang
guru harus memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kita tentu tidak asing dengan ungkapan “Guru kencing
berdiri, murid kencing berlari”. “Children see, children do”. Anak didik kita,
terutama di level pendidikan dasar, merupakan plagiat ulung yang akan melakukan
segala sesuatu yang dilihat dari sang guru. Guru adalah role model bagi mereka.
Bagi siswa kelas 1 apalagi, semua yang diucapkan sang guru ibarat sebuah fatwa
yang dengan taat akan diikutinya, bahkan omongan orang tuanyapun bisa jadi
kalah. “Kata bu guru harus begini mama......” pernahkah mendengar statement
seperti ini dari anak kita di rumah ???? Ini lah bukti nyata bahwa segala
perilaku guru, mulai dari tutur kata, gaya, sampai cara berpakaian pun akan
menjadi sorotan bagi anak didik kita. Jika ibu guru makan sambil berdiri,
tertawa terbahak-bahak tanpa kendali, menegur siswa dengan cara yang kurang
santun, atau tanpa sengaja terlihat merokok di lingkungan sekolah (walau
mungkin sudah diluar jam sekolah), sudah dapat dipastikan, guru akan mengalami
kendala dalam menanamkan value dan norma-norma sosial lainnya kepada anak.
Mereka akan dengan mudah membalikkan dengan mengatakan “Bu anu ajja kemaren
makan kue sambil jalan bu” atau “Kalau merokok itu berbahaya bagi kesehatan,
tapi kok pak anu ngerokok bu, berarti dia enggak sayang sama kesehatannya dong
bu....”
Nah
lo.....^_^ gimana kita mau meminta
mereka melakukan sesuatu yang baik, bila kita tak mencontohkannya. Satu hal
yang perlu diingat, guru merupakan sebuah profesi yang mengikat individu
tersebut tidak hanya di lingkungan sekolah, namun di luar sekolah dan
lingkungan masyarakat. Ini artinya seorang guru harus senantiasa menjaga
perilakunya dimanapun ia berada.
3.
Kompetensi Sosial
Merupakan
kemampuan yang
harus dimiliki guru sehingga mampu berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4.
Kompetensi Profesional
Seorang
guru harus senantiasa melakukan upgrading terhadap kemampuannya menguasai
materi pelajaran secara luas dan mendalam, melakukan penelitian (action research)
dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan. Dalam rangka mengembangkan kompetensi profesional ini, seorang guru juga
dituntut untuk “melek teknologi” serta belajar dan terus belajar baik secara
formal (melanjutkan studi/mengikuti berbagai seminar & training) maupun
dengan membaca berbagai literatur agar keilmuannya semakin berkembang.
Selain 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki guru
sebagaimana telah dipaparkan di atas, seorang guru juga harus mampu membawa
suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didiknya. Untuk anak-anak di
tingkat pendidikan dasar, terlebih lagi siswa level rendah, games, tepuk, dan
nyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan yang dapat digunakan oleh guru
untuk membawa anak didiknya pada zero mind process, sehingga anak didik
benar-benar terkondisi dengan baik dan siap untuk masuk kedalam materi
pembelajaran yang akan disampaikan. Berikut ada beberapa games berdurasi
sekitar 5 – 7 menit yang dapat digunakan sebagai brainstorming diawal
pembelajaran.
1. Sarapan Warna (untuk mengembangkan kemampuan mengingat)
- Ajaklah siswa bernyanyi (lagu apa ajja yang mereka hapal) sebagai pembuka
- Awali dengan cerita tentang makanan dan warnanya.
- Tanyakan kepada anak-anak apa yang mereka makan ketika sarapan.
- Tanyakan kepada mereka siapa yang makan makanan yang berwarna kuning saat sarapan, dan mintalah mereka menyebutkan nama makanannya.
- Lanjutkan dengan warna yang lain, misalnya putih, hijau, coklat, merah dan dapat juga menyebutkan warna biru, abu-abu, hitam atau warna-warna yang susah dicari padanannya pada makanan. Jangan lupa untuk merespon jawaban siswa sehingga terjadi interaksi yang menyenangkan bagi siswa.
2. Dengar Warna (untuk melatih kemampuan siswa mendengar dan mengingat)
- Mintalah anak mengingat warna apa saja yang ada dalam lagu yang akan dinyanyikan bersama.
- Nyanyikan lagu yang menyebutka tentang warna seperti lagu Balonku, Pelangi-Pelangi, Lihat Kebunku, dll.
- Setelah lagu habis suruhlah anak-anak untuk mengambil kertas dengan warna seperti yang ada dalam lagu (bisa menggunakan kertas origami/asturo warna warni yang sudah dipotong dan tidak terlalu besar, biar tidak boros) yang sebelumnya sudah kita letakkan di berbagai tempat dalam kelas. Kertas'a yg banyak ya...biar bocah'a nggak tubrukan dan nggak berebutan.
- Mintalah masing-masing siswa untuk mencari teman yang memegang warna yang sama dan mengumpulkannya kepada guru.
- Buat anak menjadi beberapa kelompok, lalu mintalah mereka membuat 1 barisan tiap kelompok'a.
- Guru menyebutkan 1 kata pada orang pertama tiap kelompok, lalu mintalah setiap anak membuat 1 kata dengan cara melanjutkan suku kata terakhir dari kata yang diucapkan guru, Misalnya: guru mengucapkan kata: ba-ju, ju-ga, ga-ram, rambut, dst....kata yang diucapkan sebaiknya gak usah dikasih kriteria dulu (misal: harus nama buah, nama orang, dll) agar anak tidak kesulitan. Untuk lebih membuat anak-anak bersemangat, guru dapat memberi nama setiap kelompok misalnya dengan Bus way jurusan Kampung Rambutan, Pondok Indah, Kampung Melayu, dll sehingga seringkali saya menyebut game ini dengan nama game "BUS WAY". Untuk membuat suasana menjadi lebih menyenangkan, sebelum guru memberi pertanyaan pada kelompok berikutnya, guru dapat mengucapkan kalimat-kalimat seperti layaknya bus way yang akan berhenti disebuah halte, misal'a: “Perhatian-perhatian, halte berikutnya adalah halte Kampung Rambutan, perhatikan barang bawaan anda dan hati-hati melangkah,.......dst, di improve sendiri ya.......^_^
- Agar anak-anak tidak bosen, bisa juga suatu saat pertanyaannya dapat kita ganti, bukan meneruskan suku kata, tapi menjumlah atau mengurangkan, misalnya: guru menyebutkan 5 + 2, orang pertama harus menjawab = 7, orang kedua harus mendengarkan jawaban orang pertama dan menjawab pertanyaan dari guru berikutnya, guru lalu menyebutkan misalnya – 4, orang kedua akan menjawab = 3, orang ketiga harus mendengarkan jawaban orang kedua, guru memberikan pertanyaan berikutnya misalnya: + 3, jawaban orang ketiga harus diperhatikan oleh orang berikutnya, demikian berulang-ulang sampai seluruh anggota kelompok dapat giliran untuk menjawab.
- Game ini juga dapat dijadikan alternatif main activity untuk pelajaran berhitung dilevelel rendah (1 atau 2), jika perlu dilombakan antar kelompok, sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk menghitung dengan benar.
4. Tebak gaya (melatih kemampuan imajinasi anak)
- Siapkan kartu yang berisi berbagai gambar hewan, profesi, atau kegiatan yang sedang dilakukan oleh manusia.
- Buatlah anak dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok harus menyiapkan 1 anggotanya yang akan memperagakan sesuai petunjuk pada kartu yang sudah disiapkan untuk masing-masing kelompok.
- Mintalah kelompok pertama mengambil kartu (kartu itu berisi nama hewan/profesi/kegiatan yang harus ditebak oleh anggota kelompoknya, tapi hanya dengan gaya, gak boleh pake suara).
- Hitung skor masing-masing kelompok, supaya anak termotivasi untuk berkompetisi.
5. Pesan Berantai/Kuda Bisik (Melatih daya ingat dan konsentrasi anak)
- Buatlah anak dalam beberapa kelompok.
- Bisikkan sebuah pesan/kalimat (klo anak kelas 1 paling ya 4-5 kata yg bermakna tertentu), atau dapat juga pesan itu ditulis pada sebuah kartu.
- Mintalah penerima pesan pertama ini membisikkan pesan kepada anggota kelompok berikutnya. Demikian seterusnya sampai seluruh anggota kelompok menerima pesan tersebut. pada semua anggota kelompoknya.
- Mintalah anggota terakhir pada tiap-tiap kelompok untuk menyebutkan pesan yang ia terima. Jangan lupa perhitungkan waktunya ya.....coz, klo ada 2 kelompok yang benar menyampaikan pesan, yang paling cepat lah yang menang
6. Bola estafet (melatih percaya diri anak)
- Ajaklah anak untuk duduk melingkar (membuat lingkaran besar)
- Ajak anak-anak menyanyikan lagu yang familiar, sambil meng-estafetkan bola, ketika guru berkata “stop” maka anak yang memegang bola tersebut harus menyebutkan identitas dirinya (nama diri, alamat, nama orang tua, umur), dll. Game ini dapat digunakan untuk mengenalkan materi identitas di level 1.
7. Tebak Warna dengan Tulisan (melatih kemampuan membaca dan ketelitian)
- Siapkan instrumen lagu yang ada syair warna’a (seperti lagu Balonku, Pelangi-Pelangi, Lihat Kebunku, dll).
- Siapkan kertas asturo warna-warni yang sudah ditulisi nama berbagai warna, kemudian sebarkan kertas-kertas tersebut di seluruh ruangan kelas.
- Putarlah instrument musik, dan mintalah anak untuk mengingat warna apa saja yang ada dalam instrument lagu tersebut.
- Setelah lagu habis diputer, suruh anak mencari tulisan warna yang ada didalam lagu. Tapi untuk mengecoh anak-anak, tulisan warna jangan sama dengan warna kertas'a, misalnya: tulisan warna "PUTIH" di ketik di atas kertas berwarna merah, dst.
Teman-teman guru, games yang saya paparkan di atas hanya sebagian kecil dari ratusan games yang bisa teman-teman ciptakan sendiri. Tentu saja masih banyak ragam games, tepuk, dan lagu yang dapat kita gunakan untuk membawa suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa didik kita. Tinggal bagaimana kemudian kita meng-create pembelajaran dalam kemasan yang menarik sehingga siswa didik akan memperoleh pembelajaran PAKEM/PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan) dan target pembelajaran pun akan tercapai dengan baik.
)* Salam berbagi manfaat teman-teman guru.....^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar