Rabu, 08 Mei 2013

"Reposisi" itu sudah biasa.....






“Waduh…selama ini aku selalu mengajar di level atas, klo enggak klas 5 ya 6. Lha klo sekarang harus ngajar level  bawah gimana nih…..apalagi ngajar level 1, arrrgghhh…….sutris dah diriku ini…..”. 

Itulah ucapan seorang guru yang mendapat tugas untuk mengajar di level 1 SD, sementara sebelumnya dia selalu mengajar level tinggi (level 5 atau 6). Pindah level saat mengajar, baik itu terjun bebas dari atas ke bawah atau pun akselerasi dari bawah loncat ke atas ???? Siapa takut ???? Itulah seninya orang mengajar, klo harus turun ya kita pake parasut (biar nggak cidera dan dapat melakukan pendaratan dengan mulus). Sementara klo harus naik ya pake trampolin (biar membal).....^_^  Artinya, dimana pun kita akan melakukan tugas, tak perlu galau karena kita punya alat dan kemampuan untuk beradaptasi dengan audiens kita, siapa pun mereka.....

Rolling level di awal tahun pembelajaran bagi seorang guru adalah sebuah hal yang lumrah. Manajemen sekolah terkadang akan melakukan reposisi  guru-gurunya dalam berbagai komposisi, dalam rangka mengeksplore kemampuan dan kreativitas sang guru. Selain untuk mengatasi kejenuhan/stagnasi dari guru yang  sudah terlalu lama bercokol sebagai penjaga gawang di level tertentu, reposisi guru akan memberikan pengalaman mengajar yang berbeda bagi setiap guru pada level yang baru.

Menjadi guru level bawah, terutama kelas 1 Sd itu gampang-gampang susah memang….. Klo dari segi penguasaan konsep/materi, siapa pun pasti bisa lah.... Ibarat kata, pelajaran anak SD kelas 1 itu gak pake acara belajar dulu, sudah nglotok dah pokok’a.....kan sebagian besar materi di level 1 itu bersifat common sense dan pengetahuan dasar banget. Lain halnya dengan level tinggi, setidaknya ya harus dibaca-baca dulu lah....kan sudah lama pelajaran itu kita dapat, jadi pastinya ya sudah banyak yang lupa dong, terutama untuk pelajaran matematika dan sains. Setidaknya kita perlu merefresh kembali ingatan kita..... Mungkin yang perlu lebih diperhatikan ketika kita harus berinteraksi dengan siswa di level rendah adalah  pemilihan bahasa yang mudah dicerna oleh siswa didik serta pemahaman kondisi pshikologis anak yang baru belajar memasuki  jenjang pendidikan lebih tinggi setelah TK yang notabene lebih dikenal sebagai sarana bermain bagi mereka.

Namun terlepas dari masalah penguasaan materi baik di level tinggi ataupun level bawah, sebenarnya yang lebih penting adalah bahwa siapa pun yang berprofesi sebagai guru haruslah memiliki kompetensi dasar yaitu kompetensi yang mutlak harus dimiliki oleh seorang guru, agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Guru adalah semua orang yang berwenang dan tertanggungjawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal ini berarti bahwa seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugas. Untuk itu seorang guru perlu memiliki kepribadian, menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar sebagai dasar kompetensi. Bila guru tidak memiliki kepribadian, tidak menguasai bahan pelajaran dan cara-cara mengajar, maka guru akan gagal menunaikan tugasnya, sebelum berbuat lebih banyak dalam pendidikan dan pengajaran. Pasal 10 Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu:
 
1.    Kompetensi Pedagogik
Merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru untuk memahami peserta didik baik secara psikologis, psikis, maupun intelegensi, kemampuan merancang pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, kemampuan merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, serta kemampuan mengembangkan potensi peserta didik. Hal ini berarti seorang guru haruslah mampu menyesuaikan diri dengan berbagai heterogenitas anak didiknya, baik karakternya, gaya belajarnya, latar belakang sosial ekonominya, kecerdasan intelektual dan emosionalnya serta berbagai hal personal dari setiap anak didik. Selain itu, guru juga harus mampu merancang, melaksanakan, dan melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran dengan baik. Artinya guru harus dapat menyelaraskan antara gaya mengajar dengan gaya belajar peserta didik sebagai audiencenya. Mengajar anak kelas 1 tentu tentu tidak bisa disamakan dengan mengajar anak kelas 5 atau 6. Di kelas 1 guru mungkin harus lebay, agak sedikit najong tralala trilili, sangat atraktif, ekspresif, harus rajin nyanyi, bisa mendongeng dengan ekspresi total (sampai bocah terbengong-bengong mendengarnya mungkin), atau menguasai berbagai  tepuk, games dan nyanyian, sehingga anak didik tidak merasa pembelajaran berlangsung sebagai sebuah rutinitas yang membosankan. Pendeknya guru harus mampu melakukan packaging yang baik dan menarik dalam setiap materi yang disajikan. Sedang untuk jenjang yang lebih tinggi, kemampuan intelektual guru harus terus menerus di upgrade, agar tidak tertinggal dari pengetahuan peserta didiknya, sehingga guru dapat benar-benar berfungsi sebagai salah satu sumber belajar bagi siswanya.

2.    Kompetensi Kepribadian
Seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kita tentu tidak asing dengan ungkapan “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. “Children see, children do”. Anak didik kita, terutama di level pendidikan dasar, merupakan plagiat ulung yang akan melakukan segala sesuatu yang dilihat dari sang guru. Guru adalah role model bagi mereka. Bagi siswa kelas 1 apalagi, semua yang diucapkan sang guru ibarat sebuah fatwa yang dengan taat akan diikutinya, bahkan omongan orang tuanyapun bisa jadi kalah. “Kata bu guru harus begini mama......” pernahkah mendengar statement seperti ini dari anak kita di rumah ???? Ini lah bukti nyata bahwa segala perilaku guru, mulai dari tutur kata, gaya, sampai cara berpakaian pun akan menjadi sorotan bagi anak didik kita. Jika ibu guru makan sambil berdiri, tertawa terbahak-bahak tanpa kendali, menegur siswa dengan cara yang kurang santun, atau tanpa sengaja terlihat merokok di lingkungan sekolah (walau mungkin sudah diluar jam sekolah), sudah dapat dipastikan, guru akan mengalami kendala dalam menanamkan value dan norma-norma sosial lainnya kepada anak. Mereka akan dengan mudah membalikkan dengan mengatakan “Bu anu ajja kemaren makan kue sambil jalan bu” atau “Kalau merokok itu berbahaya bagi kesehatan, tapi kok pak anu ngerokok bu, berarti dia enggak sayang sama kesehatannya dong bu....”  
Nah lo.....^_^  gimana kita mau meminta mereka melakukan sesuatu yang baik, bila kita tak mencontohkannya. Satu hal yang perlu diingat, guru merupakan sebuah profesi yang mengikat individu tersebut tidak hanya di lingkungan sekolah, namun di luar sekolah dan lingkungan masyarakat. Ini artinya seorang guru harus senantiasa menjaga perilakunya dimanapun ia berada.

3.    Kompetensi Sosial
Merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru sehingga mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4.    Kompetensi Profesional
Seorang guru harus senantiasa melakukan upgrading terhadap kemampuannya menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam, melakukan penelitian (action research) dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan. Dalam rangka mengembangkan kompetensi profesional ini, seorang guru juga dituntut untuk “melek teknologi” serta belajar dan terus belajar baik secara formal (melanjutkan studi/mengikuti berbagai seminar & training) maupun dengan membaca berbagai literatur agar keilmuannya semakin berkembang.

Selain 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki guru sebagaimana telah dipaparkan di atas, seorang guru juga harus mampu membawa suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didiknya. Untuk anak-anak di tingkat pendidikan dasar, terlebih lagi siswa level rendah, games, tepuk, dan nyanyi merupakan kegiatan yang menyenangkan yang dapat digunakan oleh guru untuk membawa anak didiknya pada zero mind process, sehingga anak didik benar-benar terkondisi dengan baik dan siap untuk masuk kedalam materi pembelajaran yang akan disampaikan. Berikut ada beberapa games berdurasi sekitar 5 – 7 menit yang dapat digunakan sebagai brainstorming diawal pembelajaran.

1. Sarapan Warna (untuk mengembangkan kemampuan mengingat)
  • Ajaklah siswa bernyanyi (lagu apa ajja yang mereka hapal) sebagai pembuka
  • Awali dengan cerita tentang makanan dan warnanya.
  • Tanyakan kepada anak-anak apa yang mereka makan ketika sarapan.
  • Tanyakan kepada mereka siapa yang makan makanan yang berwarna kuning saat sarapan, dan mintalah mereka menyebutkan nama makanannya.
  • Lanjutkan dengan warna yang lain, misalnya putih, hijau, coklat, merah dan dapat juga menyebutkan warna biru, abu-abu, hitam atau warna-warna yang susah dicari padanannya pada makanan. Jangan lupa untuk merespon jawaban siswa sehingga terjadi interaksi yang menyenangkan bagi siswa.
2. Dengar Warna (untuk melatih kemampuan siswa mendengar dan mengingat)
  • Mintalah anak mengingat warna apa saja yang ada dalam lagu yang akan dinyanyikan bersama.
  • Nyanyikan lagu yang menyebutka tentang warna seperti lagu Balonku, Pelangi-Pelangi, Lihat Kebunku, dll.
  • Setelah lagu habis suruhlah anak-anak untuk mengambil kertas dengan warna seperti yang ada dalam lagu (bisa menggunakan kertas origami/asturo warna warni yang sudah dipotong dan tidak terlalu besar, biar tidak boros) yang sebelumnya sudah kita letakkan di berbagai tempat dalam kelas. Kertas'a yg banyak ya...biar bocah'a nggak tubrukan dan nggak berebutan.
  • Mintalah masing-masing siswa untuk mencari teman yang memegang warna yang sama dan mengumpulkannya kepada guru.
3. Head and Tail (meningkatkan kemampuan berbahasa, berhitung cepat, dan konsentrasi)


  • Buat anak menjadi beberapa kelompok, lalu mintalah mereka membuat 1 barisan tiap kelompok'a.
  • Guru menyebutkan 1 kata pada orang pertama tiap kelompok, lalu mintalah setiap anak membuat 1 kata dengan cara melanjutkan suku kata terakhir dari kata yang diucapkan guru, Misalnya: guru mengucapkan kata: ba-ju, ju-ga, ga-ram, rambut, dst....kata yang diucapkan sebaiknya gak usah dikasih kriteria dulu (misal: harus nama buah, nama orang, dll) agar anak tidak kesulitan. Untuk lebih membuat anak-anak bersemangat, guru dapat memberi nama setiap kelompok misalnya dengan Bus way jurusan Kampung Rambutan, Pondok Indah, Kampung Melayu, dll sehingga seringkali saya menyebut game ini dengan nama game "BUS WAY". Untuk membuat suasana menjadi lebih menyenangkan, sebelum guru memberi pertanyaan pada kelompok berikutnya, guru dapat mengucapkan kalimat-kalimat seperti layaknya bus way yang akan berhenti disebuah halte, misal'a: “Perhatian-perhatian, halte berikutnya adalah halte Kampung Rambutan, perhatikan barang bawaan anda dan hati-hati melangkah,.......dst, di improve sendiri ya.......^_^  
  • Agar anak-anak tidak bosen, bisa juga suatu saat pertanyaannya dapat kita ganti, bukan meneruskan suku kata, tapi menjumlah atau mengurangkan, misalnya: guru menyebutkan 5 + 2, orang pertama harus menjawab = 7, orang kedua harus mendengarkan jawaban orang pertama dan menjawab pertanyaan dari guru berikutnya, guru lalu menyebutkan misalnya  – 4, orang kedua akan menjawab = 3, orang ketiga harus mendengarkan jawaban orang kedua, guru memberikan pertanyaan berikutnya misalnya: + 3, jawaban orang ketiga harus diperhatikan oleh orang berikutnya, demikian berulang-ulang sampai seluruh anggota kelompok dapat giliran untuk menjawab. 
  • Game ini juga dapat dijadikan alternatif main activity untuk pelajaran berhitung dilevelel rendah (1 atau 2), jika perlu dilombakan antar kelompok, sehingga siswa benar-benar termotivasi untuk menghitung dengan benar.
4. Tebak gaya (melatih kemampuan imajinasi anak)

  • Siapkan kartu yang berisi berbagai gambar hewan, profesi, atau kegiatan yang sedang dilakukan oleh manusia.
  • Buatlah anak dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok harus menyiapkan 1 anggotanya yang akan memperagakan sesuai petunjuk pada kartu yang sudah disiapkan untuk masing-masing kelompok. 
  • Mintalah kelompok pertama mengambil kartu (kartu itu berisi nama hewan/profesi/kegiatan yang harus ditebak oleh anggota kelompoknya, tapi hanya dengan gaya, gak boleh pake suara). 
  • Hitung skor masing-masing kelompok, supaya anak termotivasi untuk berkompetisi.
5. Pesan Berantai/Kuda Bisik (Melatih daya ingat dan konsentrasi anak)

  • Buatlah anak dalam beberapa kelompok.
  • Bisikkan sebuah pesan/kalimat (klo anak kelas 1 paling ya 4-5 kata yg bermakna tertentu), atau dapat juga pesan itu ditulis pada sebuah kartu.  
  • Mintalah penerima pesan pertama ini membisikkan pesan kepada anggota kelompok berikutnya. Demikian seterusnya sampai seluruh anggota kelompok menerima pesan tersebut. pada semua anggota kelompoknya. 
  • Mintalah anggota terakhir pada tiap-tiap kelompok untuk menyebutkan pesan yang ia terima. Jangan lupa perhitungkan waktunya ya.....coz, klo ada 2 kelompok yang benar menyampaikan pesan, yang paling cepat lah yang menang
6. Bola estafet (melatih percaya diri anak)

  • Ajaklah anak untuk duduk melingkar (membuat lingkaran besar)
  • Ajak anak-anak menyanyikan lagu yang familiar, sambil meng-estafetkan bola, ketika guru berkata “stop” maka anak yang memegang bola tersebut harus menyebutkan identitas dirinya (nama diri, alamat, nama orang tua, umur), dll. Game ini dapat digunakan untuk mengenalkan materi identitas di level 1. 
7. Tebak Warna dengan Tulisan (melatih kemampuan membaca dan ketelitian)
  • Siapkan instrumen lagu yang ada syair warna’a (seperti lagu Balonku, Pelangi-Pelangi, Lihat Kebunku, dll).
  • Siapkan kertas asturo warna-warni yang sudah ditulisi nama berbagai warna, kemudian sebarkan kertas-kertas tersebut di seluruh ruangan kelas.
  • Putarlah instrument musik, dan mintalah anak untuk mengingat warna apa saja yang ada dalam instrument lagu tersebut.
  • Setelah lagu habis diputer, suruh anak mencari tulisan warna yang ada didalam lagu. Tapi untuk mengecoh anak-anak, tulisan warna jangan sama dengan warna kertas'a, misalnya: tulisan warna "PUTIH" di ketik di atas kertas berwarna merah, dst.

Teman-teman guru, games yang saya paparkan di atas hanya sebagian kecil dari ratusan games yang bisa teman-teman ciptakan sendiri. Tentu saja masih banyak ragam games, tepuk, dan lagu yang dapat kita gunakan untuk membawa suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa didik kita. Tinggal bagaimana kemudian kita meng-create pembelajaran dalam kemasan yang menarik sehingga siswa didik akan memperoleh pembelajaran PAKEM/PAIKEM (Pembelajaran Aktif  Inovatif Kreatif dan Menyenangkan) dan target pembelajaran pun akan tercapai dengan baik.


)* Salam berbagi manfaat teman-teman guru.....^_^




Tidak ada komentar:

Posting Komentar