Gambar illustrasi |
Dalam suatu organisasi hampir bisa dipastikan bahwa
pengambilan keputusan dalam banyak hal merupakan sesuatu yang harus dilakukan
oleh seorang pimpinan. Pengambilan keputusan yang tepat akan menentukan
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan. Sebaliknya keputusan yang
diambil dengan tergesa-gesa, tanpa perhitungan yang matang, bukan tidak mungkin
akan menghambat pencapaian tujuan, bahkan tidak mustahil akan mempengaruhi
iklim kerja dalam organisasi.
Pengambilan keputusan
oleh Fred Luthans
didefinisikan secara universal sebagai pemilihan
alternatif. Senada
dengan itu Chester
Barnard dalam The Function of the Executive menyatakan
bahwa: “proses keputusan ... merupakan teknik untuk
mempersempit pilihan”. Dari berbagai pendapat ini dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan erat kaitannya
dengan pemilihan suatu alternatif untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah
serta memperoleh kesempatan.
Pengambilan keputusan merupakan proses yang
kompleks dimana segala sesuatunya harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta didukung oleh informasi yang
tepat (accurate), benar (reliable) dan tepat waktu (timeliness).
Pendekatan yang bisa digunakan dalam mengambil keputusan menurut George R.Terry dan Brinckloe adalah:
- Intuisi, keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan, memiliki sifat subjektif sehingga keputusan yang diambil akan mudah terkena pengaruh.
- Pengalaman, pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman berkaitan erat dengan pengetahuan praktis, dimana pengalaman seseorang akan dapat memperkirakan sebuah kondisi yang mungkin terjadi, serta dapat memperhitungkan untung rugi dari keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang cukup berpengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan, namun perlu diingat bahwa kondisi yang melatarbelakangi sebuah peristiwa tentu tidak sama satu dengan lainnya. Sehingga keputusan yang diambil pun tentunya tidak dapat disamakan begitu saja. Pengambil keputusan harus tetap mempertimbangkan berbagai faktor yang melatarbelakangi kondisi pada saat itu.
- Fakta, keputusan yang diambil berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
- Wewenang, biasanya pengambilan keputusan atas dasar wewenang ini dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya.
- Logika, keputusan yang diambil berdasar logika/rasional akan menghasilkan keputusan yang bersifat objektif, logis, lebih transparan, dan konsisten untuk memaksimalkan hasil atau target dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Ada 3 langkah dalam pengambilan keputusan menurut Mintzberg yaitu:
- Tahap identifikasi, adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul. Pada tahap ini juga akan dibuat diagnosis sesuai dengan kompleksitas masalah yang dihadapi.
- Tahap pengembangan, merupakan tahap pencarian prosedur. Prosedur yang diambil bisa menggunakan solusi standar yang sudah ada atau mendesain solusi baru.
- Tahap seleksi, merupakan tahap penentuan solusi yang dipilih. Ada 3 cara pembentukan seleksi yaitu dengan penilaian pembuat keputusan: berdasarkan pengalaman atau intuisi (bukan analisis logis), dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengan tawar-menawar saat seleksi yang melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada.
Setelah tahap terakhir yaitu tahap seleksi dilaksanakan,
pengambil keputusan akan menetapkan hasil akhir sebagai final decition,
keputusan kemudian akan diterima secara formal dan otorisasi dilakukan. Perlu dicatat bahwa pengambilan
keputusan merupakan proses dinamis, terdapat banyak celah berupa umpan balik
dalam setiap tahap dimana proses dinamis ini mempunyai implikasi perilaku individu dan kebijakan strategi pada organisasi.
)*Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar