Kamis, 06 Desember 2012

Dampak TV Bagi Perkembangan Anak : Apa yang Dapat Dilakukan ? (Sebuah catatan dari seminar bersama Ibu Nina Armando)


Save Children From Weapon of Mass Destruction
Pada masa sekarang ini, televisi merupakan benda elektronik yang sangat akrab dengan manusia, termasuk anak-anak kita. Televisi merupakan media massa elektronik yang mampu meyebarkan berita secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya, dan membuat pemirsannya ‘ketagihan’ untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan. Demikian pula bagi anak-anak, menonton televisi sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas kesehariannya, bahkan acara “nonton tv” sudah menjadi agenda wajib bagi mereka. Anak-anak masa kini dikatakan hidup dalam apa yang disebut “Screen Culture” atau “Screen Age” dimana mereka begitu dekat dengan media seperti TV, videogame, HP, internet, VCD, komik, buku, radio, dan majalah. Namun demikian, media elektroniklah yang lebih akrab dengan dunia anak, bahkan “si kotak ajaib” (julukan bagi TV) sering dianggap sebagai “keluarga” atau bahkan “babysitter” bagi anak.

Kita semua tahu, bahwa TV ibarat Dewa Janus yang memiliki 2 wajah, disatu sisi bermuatan positif yang bersifat prososial, informasi, dan pendidikan, namun di sisi lain memiliki muatan negatif yang bersifat antisosial (seks, kekerasan, bahasa kasar, konsumerisme, mistik, gosip, dll). Disadari atau tidak, sisi negatif inilah yang lebih dominan memberikan pengaruh, dan yang paling mudah/rentan terpengaruh tentu saja anak-anak kita. TV membuat anak tidak dapat berfikir dengan baik sehingga anak akan menerima informasi dari TV mentah-mentah, menyerap apapun tawaran dari media tersebut, karena mereka belum memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan bagi dirinya sendiri. “Chidren see, Chidren do”, anak belajar melalui pengalaman langsung, instruksi formal, atau melalui pengamatan terhadap tindakan pihak lain. Dalam hal ini media sangat berperan.

Secara umum, pola menonton TV anak buruk. Kebiasaan menonton TV pada anak adalah 1.600 jam setahun, dua kali lipat dibandingkan kebiasaan sekolah yang hanya 740 jam setahun (YPMA, 2008). Dapat dikatakan bahwa konsumsi TV anak-anak tinggi, jumlah jam menonton pada hari libur lebih tinggi daripada pada hari sekolah, waktu luang diisi dengan menonton TV, dan menonton TV tanpa pendampingan. Buruknya lagi kebiasaan ini sudah diawali sejak dini. Kebiasaan menonton TV yang terbentuk sejak kecil dan terbawa hingga besar ini telah menciptakan anak-anak sebagai “Omnivision”, mereka menonton segala acara termasuk tayangan orang dewasa, tanpa ada seleksi acara atau pun aturan dan pembatasan untuk menonton TV, bahkan yang lebih parah lagi anak-anak menonton tayangan tersebut karena orang tua menonton acara tersebut.


Sadar akan buruknya dampak dari media elektronik, maka orang tua perlu membuat anak menjadi “imun”  bukan “steril” karena kita tidak mungkin mengisolasi anak dari media TV. 

APA YANG BISA DILAKUKAN ORANG TUA UNTUK MEMBUAT “IMUN”?
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang tua diantaranya adalah :

1. Membatasi waktu  menonton 2 jam saja.
Ini memang tidak mudah dilakukan terutama bagi ibu bekerja. Untuk itu orang tua dapat bekerja sama dengan pengasuh/pembantu, sehingga aturan yang ditetapkan dapat berjalan dengan baik. Beri pengertian sebaik dan sesering mungkin kepada “ASISTEN” kita, alas an mengapa anak kita harus u waktu menontonnya. Walau ini memang tidak mudah, tapi tidak ada alasan bagi orang tua mana pun untuk tidak melakukan hal ini.

2. Orang tua harus terlibat dalam media yang dikonsumsi anak (melakukan pendampingan ketika anak menonton).
Luangkan waktu untuk mendampingi anak baik ketika mereka menonton televisi maupun bermain game dan mengakses internet, sehingga orang tua akan dapat memberikan penjelasan kepada anak untuk mengcounter tayangan yang tidak mendidik baik dari iklan sponsorship atau pun iklan cuplikan acara TV yang lain.

3. Pilih hanya media yang sehat.
Pastikan bahwa anak-anak hanya mengkonsumsi tayangan sesuai dengan perkembangan umur mereka dan layak untuk ditonton (biasanya pada layar akan muncul “SU” artinya tayangan untuk semua usia, “BO” tayangan yang membutuhkan bimbingan orang tua, dll)

4. Ajari “Pendidikan Literasi Media” bagi anak sejak dini, yaitu membuat anak menjadi “Melek Media” sehingga mereka menjadi :
Sadar ketika mengkonsumsi media
Kritis terhadap isi media
Sedikit banyak tahu tentang dampak media
Punya pengetahuan bagaimana media diproduksi
Tahu bagaimana menggunakan media

Syarat-syarat pendukung bagi terciptanya konsumsi media TV yang sehat adalah :
1. TV hanya 1 di rumah
2. Jangan membuat ruang TV terlalu nyaman
3. Jangan memiliki TV yang membuat nyaman (Ct: TV plasma.....hehehe....^_^)
4. TV dan komputer diletakkan di “ruang publik” di rumah

Pendek kata orang tua harus mau melakukan “Diet Media” dengan cara 1) Selektif memilih acara TV, film, game, main internet.  2) Membatasi jam menonton TV, bermain game, menonton film, dan mengakses internet.  3) membuat aturan (sebagaimana telah diuraikan di atas) dan sangat dianjurkan untuk melakukan pendampingan saat anak mengkonsumsi media: TV, game, internet, film, dll. Orang tua harus pandai dan kreatif menciptakan kegiatan untuk anak, sehingga keinginan anak untuk berinteraksi dengan TV atau pun game online dapat dialihkan pada kegiatan-kegiatan lain karena pada umumnya anak tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengisi waktu luangnya sehingga mereka kemudian lari pada media (TV, games, internet)

APA SAJA KEGIATAN UNTUK MENGURANGI INTERAKSI ANAK DENGAN MEDIA ELEKTRONIK?

Orang tua harus dapat menciptakan kegiatan yang dapat mengalihkan perhatian anak dari interaksi yang berlebihan pada media elektronik, terutama diwaktu luang mereka. Kegiatan kreatif yang bisa dilakukan orang tua diantaranya adalah:

1. Mendongeng
Tidak ada anak yang tidak suka mendengarkan dongeng, apalagi jika dongeng itu disampaikan dengan cara yang menarik, interaktif, atau jika memungkinkan libatkan anak untuk menjalankan peran dalam dongeng tersebut. Orang tua dapat menggunakan berbagai media untuk memperkuat karakter tokoh dalam dongeng, misalnya: memakai topeng dari kain sarung (seolah-olah seperti Ninja), menggunakan guling sebagai senjata, dll. Agar lebih menarik, orang tua dapat juga membuat dongeng tersebut bersambung. Ketika sampai pada bagian yang menegangkan, hentikan dongeng dan lanjutkan esok harinya. Hal ini akan membuat anak penasaran dan ketagihan untuk mendengarkannya esok hari. 

2. Membaca Buku
Orang tua dapat membuat perpustakaan mini dan mengajak anak untuk cinta membaca. Alokasikan dana dan waktu setiap bulan untuk mengajak anak berbelanja buku sehingga anak dapat menentukan sendiri bacaan yang diinginkan (tetap dengan arahan orang tua tentunya). Jika memang tidak memungkinkan (karena keterbatasan dana misalnya) orang tua bisa juga membeli buku cerita anak-anak di pasar loak atau meminjam ke perpustakaan (atau bisa juga googling ya….banyak cara sepertinya…..^_^)

3. Mengajak anak bermain.
Banyak sekali permainan tradisional yang tidak lagi dikenal oleh anak-anak kita. Untuk itu orang tua dapat mengajak anak-anak bermain bersama, misalnya: congklak, bola bekel, bermain rumah-rumahan dengan kardus bekas, dll.

4. Menggambar/mewarnai/bermain musik, dll
Orang tua dapat mengisi waktu luang anak dengan kegiatan ini sambil menggali potensi anak di bidang seni.

5. Berkebun.
Ajak anak untuk berkebun. Biarkan anak bermain dengan tanah, menggali dan menanam sendiri, lalu berikan tanggung jawab pada anak untuk merawatnya. Kesempatan ini juga bisa digunakan orang tua untuk menjelaskan karekteristik tanaman, bagaimana cara merawatnya, zat apa yang menjadi sumber makanan bagi tanaman, dll.

6. Memasak
Anak akan senang bila dilibatkan dalam kegiatan di dapur. Orang tua dapat melibatkan anak untuk merencanakan menu makanan yang akan dimasak lalu memasaknya bersama-sama. Biarkan anak ikut melakukan aktivitas yang tidak berbahaya seperti memetik sayuran atau mengambil wadah. Dalam kegiatan ini orang tua juga dapat menjelaskan kandungan serta manfaat dalam sayur/bahan-bahan yang akan dimasak.

Masih banyak lagi aktivitas yang dapat diciptakan orang tua. Dengan melakukan kegiatan bersama seperti di atas selain kedekatan orang tua dan anak akan terjalin akrab, anak pun akan menjadi lebih kreatif karena banyak hal yang dilakukan (tidak pasif seperti ketika mereka menonton televisi).    )*Semoga Bermanfaat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar